DEMOKRASI.CO.ID - Seorang menteri di Iran dilaporkan terkena virus corona setelah dia diketahui berkeringat ketika memberikan informasi di konferensi pers.
Iraj Harirchi adalah wakil menteri kesehatan sekaligus kepala satuan tugas yang dibentuk untuk memerangi penyebaran virus asal China itu.
Dalam unggahan video, Iraj Harirchi membenarkan bahwa dia terinfeksi virus corona, dan saat ini tengah menjalani isolasi di kediamannya.
Dilansir Sky News Selasa (26/2/2020), dia berjanji pemerintah Iran akan berjuang agar Covid-19, nama penyakit akibat virus, bisa dikendalikan.
Selain Harirchi, seorang anggota parlemen asal Teheran, Mahmoud Sadeghi, dilaporkan juga terkena virus dengan nama resmi SARS-Cov-2.
Rival Arab Saudi dan Israel di Timur Tengah ini telah melaporkan 16 korban meninggal dan 95 orang terinfeksi virus yang pertama kali tercatat di kota Wuhan itu.
Jumlah tersebut membuat Iran menjadi negara dengan jumlah kematian tertinggi di luar China, sejak wabah itu muncul pada Desember 2019.
Otoritas setempat meminta warganya tetap berada di rumah, dengan universitas serta sekolah ditutup, dan perhelatan konser maupun laga sepak bola dibatalkan.
Teheran dengan tegas membantah klaim bahwa ada 50 korban meninggal di kota suci Qom, yang dilontarkan oleh Ahmad Amirabadi Farahani.
Farahani merupakan politisi yang berasal dari kota suci Syiah, dan merupakan lokasi asal penyebaran virus yang diyakini dari Pasar Seafood Huanan itu.
Kepala Universitas Sains Medis Qom, Mohammad Reza Ghadir, mengungkapkan kekhawatiran jika virus tersebut menyebar ke seluruh kota.
Dia menuturkan sebuah fakta mengejutkan, bahwa pemerintah pusat melarangnya untuk membagikan informasi yang berkaitan dengan virus corona.
Dalam pidatonya, Presiden Hassan Rouhani mencoba untuk meyakinkan publik bahwa mereka akan memerangi dan mengalahkan Covid-19.
Uni Emirat Arab selaku pemilik maskapai kelas dunia, Emirated dan Etihad, dilaporkan melarang penerbangan dari dan menuju Iran.
Adapun Dr Anne Schuchat, pejabat Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS berkata, tidak diragukan lagi virus ini sudah mewabah.
"Saat ini, pertanyaan yang muncul adalah kapan dan berapa orang yang bakal terinfeksi oleh virus tersebut," terang Schuchat.