DEMOKRASI.CO.ID - Pelanggaran Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia yang dilakukan Coast Guard dan kapal-kapal nelayan China sudah barang tentu menarik perhatian mantan Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli.
Rizal Ramli juga menyimak sikap pemerintahan Partai Komunis China yang disampaikan Jurubicara Kemlu negeri tirai bambu itu, Geng Shuang, serta respon yang diberikan oleh menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju.
Menurut Rizal dalam pesannya yang diterima redaksi beberapa saat lalu, seluruh elemen masyarakat dan pemerintah Indonesia jangan ragu untuk membela kedaulatan dan integritas wilayah.
Bersahabat dengan negara lain, bukan berarti kita harus membiarkan diri kita dijajah.
“Kita ingin berteman dgn siapa saya. Tetapi kita harus melawan siapapun yang menganggu kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia,” ujar Rizal Ramli.
Rizal juga menyadari bahwa perbandingan persenjataan antara Indonesia dan China cukup signifikan. Tetapi, katanya lagi, di masa lalu rakyat di Nusantara ini pernah memperlihatkan kemenangan melawan pihak asing yang ingin menguasai.
“Tidak usah kecil hati kalau kita belum unggul hardware. Serbuan Kubilai Khan kita patahkan, Sekutu di Surabaya kita kalahkan. Kita bangsa hebat!” demikian Rizal Ramli.
Ketika masih menjabat sebagai Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli dan Kementerian yang dipimpinnya menginisiasi penggunaan nama baru untuk perairan di sekitar Laut Natuna yang telah dipastikan sebagai milik Indonesia. Nama baru yang digunakan adalah Laut Natuna Utara.
Di tahun 2017, saat itu Rizal Ramli sudah tidak menjadi Menko Maritim dan Sumber Daya lagi, peta baru itu diumumkan. Tidak lama setelah pengumuman itu, pemerintah China memprotes keras, diikuti oleh sikap Indonesia yang melemah.[rmol]