logo
×

Selasa, 07 Januari 2020

Nilai Investasi OBOR China di Indonesia Capai Rp 890 Triliun

Nilai Investasi OBOR China di Indonesia Capai Rp 890 Triliun

DEMOKRASI.CO.ID - Gagasan China mengenai One Belt One Road (OBOR) kerap kali mendapatkan banyak pandangan negatif. OBOR seakan-akan bentuk lain dari dekolonialisasi atau debt trap.

Namun, dikatakan oleh Dutabesar Republik Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun, OBOR tidak dapat dipandang dari sisi negatif semata. Dalam melakukan kerja sama terkait OBOR atau yang sekarang bernama Belt and Road Initiative (BRI), Indonesia juga sangat selektif dan memikirkan betul hal tersebut.

Kembali dijelaskan oleh Djauhari, OBOR yang menjadi inisiatif China itu disinergikan dengan inisiatif Indonesia mengenai Poros Maritim Dunia. Adapun koridor OBOR di Indonesia ditempatkan di empat wilayah, yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali.

Untuk Sumatera Utara sendiri nantinya investasi OBOR akan dilakukan dengan membangun pelabuhan. Sementara di Kalimantan Utara akan dibangun pembangkit listrik untuk PLN.

Sedangkan untuk Sulawesi Utara dan Bali akan difokuskan pada manufaktur dan infrastruktur pariwisata.

Adapun nilai dari investasi di empat proyek tersebut mencapai ratusan triliun rupiah.

"Itu yang menjadi gagasan kita pada saat kita merundingkan itu dan tercantum dalam MoU (Memorandum of Understanding) kita dengan China. Nilai dari investasi yang dihasilkan empat koridor itu sekitar 64 miliar dolar AS (setara Rp 890 triliun, kurs: Rp 13.908/dolar AS)," ujar Djauhari ketika menghadiri kuliah umum di kampus LSPR, Sudirman Park, Jakarta, Selasa (7/1).

Selain itu, diuraikan oleh Djauhari, Indonesia sebagai negara besar yang juga merupakan salah satu negara anggota G20 memiliki daya tawar yang dipertimbangkan oleh China. Artinya, China membutuhkan Indonesia di kawasan.

"Kalau kita lihat ke belakang. Kenapa pendiri-pendiri bangsa kita membina hubungan yang baik dengan China, Rusia, dan AS? Karena mereka mendudukan kita sebagai negara besar di kawasan," ujar Djauhari

"Kalau kita negara besar di kawasan, kita harus punya aliansi (teman) yang strategis. Aliansi strategis ini kita buat agar bisa bersuara di tatanan regional dan global," tambahnya. [rm]
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: