DEMOKRASI.CO.ID - Sikap Menteri Pertahanan Prabowo Subianto terhadap pemerintah komunis China yang telah melanggar kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dikritisi.
Pasalnya, ketua umum Gerindra itu terlalu lemah dengan menyebut China sebagai sahabat Indonesia.
Namun demikian, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono. Dia justru heran dengan desakan berbagai kalangan yang meminta pemerintah bertindak tegas atas masuknya kapal-kapal China ke wilayah NKRI.
Menurut Arief, kondisi internal masyarakat Indonesia yang saat ini sibuk dengan saling fitnah dan saling ejek tidak tepat jika desakan untuk melawan Pemerintah Komunis China.
"Coba berkaca pada bangsa kita. Saat ini wong pasca Pilpres saja di negara kita rakyatnya masih saling fitnah, saling benci dan saling ngejek, saling curiga kok mau perang lawan China Mana mungkin bisa menang yang ada pada berantem sendiri nanti kalau perang," kata Arief dengan heran, Sabtu (4/1).
Menurutnya, pernyataan Prabowo bahwa Indonesia perlu bersikap tenang dan memperlakukan China sebagai sahabat adalah tepat.
"Jadi yang dibilang Prabowo kita harus bersikap cool terhadap masalah kapal kapal RRC (China) yang masuk ke Perairan Natuna itu jawaban dan solusi yang paling tepat," tegas Arief.
Sementara itu, mantan Ketua DPR Marzuki Alie merespon. Menurutnya, kehadiran sebuah common enemy atau musuh bersama acapkali membuat suatu kelompok menjadi bersatu. Termasuk sebuah negara.
“Mudah-mudahan dengan ada musuh bersama rakyat akan bersatu. Kalau nggak ada musuh akan tengkar sendiri,” ujarnya di akun Twitter pribadi, Minggu (5/1).
Menurut Marzuki, pola ini mirio dengan Partai Golkar yang memiliki banyak faksi dan selalu bersaing keras. Tapi faksi-faksi itu secara otomatis menyatu saat ada serangan dari pihak lain ke tubuh partai.
“Tatkala berhadapan pihak luar mereka bersatu,” tutupnya. (*)