DEMOKRASI.CO.ID - Musibah banjir yang melanda Jakarta di penghujung tahun 2019 dan di awal tahun 2020, ternyata tak hanya mengundang banyak keprihatinan, tapi juga ajang bagi sekelompok orang untuk melakukan character assasination terhadap Gubernur DKI, Anies Baswedan.
Belum lagi kering lantai rumah warga Jakarta akibat musibah banjir itu, melalui media sosial Facebook bahkan muncul ajakan oleh sekelompok orang untuk mengajukan gugatan class action ke Pemprov. DKI Jakarta.
Orang-orang itu bahkan sudah menyiapkan gugatan class action dan melalui Facebook mengajak warga mengajukan tuntutan ganti rugi terhadap Anies dengan mengumpulkan data kerugian, KTP dan nomor HP.
“Sedih saya. Di tengah musibah ini masih saja ada orang yang memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi,” ujar koordinator Forum Rakyat, Lieus Sungkharisma, saat dikonfirmasi tentang munculnya ajakan class action itu.
Padahal, kata Lieus, sebagai warga Jakarta ia melihat apa yang sudah dilakukan Anies Baswedan dalam mengatasi musibah banjir yang terjadi kali ini sudah sangat luar biasa.
“Nyaris sepanjang waktu, selama banjir ini, saya melihat pak Anies keliling ke berbagai tempat terdampak banjir. Tidak hanya meninjau lokasi yang terkena banjir, tapi bahkan dia turun langsung ke air dan ikut berbasah-basah dengan warga,” kata Lieus. Jadi, tambah Lieus, aneh saja jika ada orang yang mengatakan sebagai gubernur Anies lalai.
Yang lebih mengherankan, tambah Lieus, meski banjir kali ini tak hanya melanda Jakarta, tapi juga Jawa Barat dan Banten, bahkan di dua propinsi itu kondisi banjirnya jauh lebih parah, tapi kok tetap saja Anies yang dibully. “Saja jadi berpikir, jangan-jangan pem-bully-an terhadap Anies itu sengaja dilakukan secara sistematis sebagai upaya pembusukan terhadap diri pak Anies,” katanya.
Padahal, kata Lieus, sebagai warga Jakarta ia mengetahui Anies bahkan masih terus bekerja mengatasi banjir tersebut meski banjir mulai surut.
“Besok hari Minggu (5/1), ia bahkan mengajak seluruh warga Jakarta untuk melakukan kerja bakti dan bergotong royong membersihkan lingkungan bersama-sama dengan aparatur kelurahan dan seluruh jajaran Pemprov. DKI,” ujar Lieus.
Melihat bagaimana Anies bekerja mengatasi banjir kali ini, menurut Lieus bisa jadi musibah banjir di penghujung 2019 ini merupakan ujian Tuhan kepada Anies untuk menjadi Presiden Indonesia di masa datang.
“Siapa tau ini adalah ujian Tuhan untuk Pak Anies. Kalau Pak Anies berhasil mengatasi dampak dari musibah ini dan mengembalikan kehidupan warga Jakarta seperti sebelum musibah terjadi, berarti ia lulus ujian dan pantas untuk menjadi Presiden Indonesia di masa datang,” jelas Lieus.
Sebab, tambah Lieus, banjir yang melanda Jakarta bukanlah baru pertama kali terjadi.
“Sudah sejak jaman Tarumanegara hingga Batavia sampai bernama Jakarta sekarang ini, musibah banjir terus terjadi,” jelasnya.
Jadi banjir di Jakarta, kata Lieus, merupakan siklus tahunan.
“Sejak dulu sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi banjir. Tapi sampai hari ini memang belum ditemukan solusi yang tepat untuk mengatasi musibah tersebut,” katanya.
Jadi, tegas Lieus, bukan salah Anies Baswedan kalau Jakarta masih terus kebanjiran.
“Pemerintah pusat pun sesungguhnya ikut bertanggungjawab untuk mengatasinya,” tegas Lieus. (Rmol)