DEMOKRASI.CO.ID - Perdana Menteri Irak mengutuk Amerika Serikat (AS) atas pembunuhan Komandan Pasukan Quds Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis. Adel Abdul Mahdi mengatakan tindakan AS itu akan menyulut sumbu peperangan.
Amerika Serikat membunuh Soleimani dan Komandan Milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis dalam sebuah serangan udara di Bandara Baghdad, Kamis, 2 Januari 2020.
"Pembunuhan seorang komandan militer Irak yang memegang posisi resmi dianggap sebagai agresi terhadap Irak... dan likuidasi tokoh-tokoh Irak terkemuka atau orang-orang dari negara persaudaraan di tanah Irak adalah pelanggaran besar-besaran terhadap kedaulatan," kata Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (3/1/2020).
Abdul Mahdi, yang pemerintahnya mendapat dukungan dari Iran, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan udara AS adalah "eskalasi berbahaya yang akan menyalakan sumbu perang destruktif di Irak, wilayah, dan dunia."
Abdul Mahdi, yang mengundurkan diri pada November 2019 meski masih menjabat sebagai PM sementara Irak, mengatakan bahwa serangan AS itu melanggar ketentuan kehadirannya di Irak. Dia menambahkan pasukan AS secara eksklusif berada di Irak untuk melatih pasukan keamanan Irak dan memerangi kelompok Negara Islam (IS) dalam kerangka koalisi global.
Abdul Mahdi meminta parlemen untuk mengadakan pertemuan luar biasa untuk "mengambil langkah-langkah legislatif dan ketentuan yang diperlukan untuk menjaga martabat, keamanan, dan kedaulatan Irak."
Dia tidak merinci ketentuan apa yang diperlukan, tetapi beberapa pejabat dan anggota parlemen menyerukan langkah-langkah untuk mengusir pasukan AS dari Irak. [okz]