DEMOKRASI.CO.ID - Mayor Jenderal Qasem Soleimani tewas akibat serangan Amerika Serikat (AS) dan menimbulkan dendam di dada Ayatollah Ali Khamenei. Pemimpin tertinggi Iran ini pun telah menunjuk pengganti Soelimani untuk membalas dendam pada AS yang dipimpin Presiden Donald Trump.
Khamenei menunjuk Brigadir Jenderal Esmail Qaani sebagai komandan baru untuk Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran. Khamenei juga mengenang Soleimani dengan menyebutnya mati syahid.
"Usai mati syahidnya jenderal agung Haji Qasem Soleimani, saya menunjuk Brigadir Jenderal Esmail Qaani sebagai Komandan Pasukan Quds pada Korps Garda Revolusi Islam (Iran)," ucap Khamenei dalam pernyataan via situs resminya, seperti dilansir CNN dan AFP, Sabtu (4/1/2020).
Qaani merupakan Wakil Komandan Pasukan Quds alias wakil Soleimani. Qaani sudah tujuh tahun mendampingi Soleimani memimpin Pasukan Quds yang bertanggung jawab atas operasi dan misi Garda Revolusi Iran di luar negeri.
Khamenei pun memuji Qaani sebagai salah satu 'komandan paling sukses' dari Garda Revolusi Iran selama perang Iran-Irak tahun 1980-1988. Dia menyebut agenda Pasukan Quds tidak akan berubah usai Soleimani wafat.
"Jenderal Email Qaani telah menjadi salah satu komandan paling terkemuka dalam Pertahanan Suci dan telah mengabdi bersama Komandan Martir (Soleimani-red) dalam Pasukan Quds selama bertahun-tahun," sebut Khamenei.
"Agenda Pasukan Quds akan persis sama seperti saat di bawah kepemimpinan martir Soleimani, saya ingin berterima kasih kepada semua kolega atas kerja sama mereka dengan Komandan Qaani, dan saya mendoakan kesuksesan, penerimaan dan bimbingan ilahi untuknya," imbuhnya.
Penunjukan Qaani ini dilakukan saat para pemimpin Iran bersumpah bakal membalas kematian Soleimani. Juru bicara Garda Revolusi Iran, Brigadir Jenderal Ramazan Sharif, menyatakan AS akan mendapatkan balasan yang menghancurkan.
"Tidak akan menghentikan perjuangan muslim melawan Amerika dan Zionis. ... Faktanya, hal itu menyuntikkan darah baru," sebutnya.
Kabar kematian Soleimani ini pada awalnya diungkap tiga pejabat senior Irak dan dua pemimpin kelompok milisi yang loyal pada Iran. Serangan udara AS itu, menurut para pejabat Irak, juga menewaskan seorang pria bernama Abu Mahdi al-Muhandis yang menjabat wakil komandan dari kelompok milisi pro-Iran di Irak bernama Pasukan Mobilisasi Populer (PMF). PMF menyebut ada tujuh orang tewas akibat serangan udara AS tersebut.
Seperti dikutip Associated Press, salah satu pejabat keamanan Irak menyebut Al-Muhandis tiba di bandara Baghdad dalam konvoi bersama anggota milisi lainnya untuk menyambut Soleimani, yang pesawatnya baru saja mendarat dari Lebanon atau Suriah. Serangan udara yang dilancarkan militer AS pada Jumat (3/1) pagi itu terjadi di dekat area kargo, setelah Soleimani turun dari pesawat untuk bertemu Al-Muhandis dan anggota milisi pro-Iran lainnya.
Presiden AS Donald Trump menegaskan dirinya memerintahkan pembunuhan Soleimani untuk menghentikan perang. Trump menyebut Soleimani sedang merencanakan serangan jahat terhadap diplomat dan tentara AS.
Seperti dilansir AFP dan CNN, Sabtu (4/1/2020), Trump dalam pernyataan yang disiarkan televisi dari Florida pada Jumat (3/1) waktu setempat, memberikan komentar terbaru soal serangan udara AS di Baghdad, Irak, yang menewaskan Soleimani yang menjabat Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran.
"Soleimani merencanakan serangan segera dan jahat terhadap para diplomat dan personel militer Amerika tapi kita menangkapnya saat beraksi dan mengakhirinya," ucap Trump kepada wartawan di resor Mar-a-Lago miliknya di Florida.
"Kami mengambil tindakan semalam untuk menghentikan perang. Kami tidak mengambil tindakan untuk memulai perang," sambung Trump.[dtk]