DEMOKRASI.CO.ID - Analis politik Pangi Syarwi Chaniago menilai Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto bertindak realistis dalam merespons manuver Chuna Coast Guard atau Pengawal Pantai Tiongkok di Perairan Natuna. Menurut Pangi, mantan Danjen Kopassus itu tentu punya kalkulasi sehingga sikapnya terhadap Tiongkok terkesan lembek.
"Data dan informasi terkait situasi terkini dan realitas politik membuat Prabowo harus bersikap realistis. Posisi Indonesia baik secara ekonomi, politik, pertahanan keamanan dan geopilitik sangat tidak menguntungkan," ucap Pangi, Senin (6/1).
Ipang -sapaan akrabnya- menambahkan, secara statistik Indonesia berada dalam posisi yang tidak cukup kuat jika harus berkonfrontasi dengan Tiongkok. Oleh karena itu, katanya, jalan diplomasi meenjadi pilihan taktis dan strategis untuk menyeret China ke Mahkamah Internasional.
Selain itu, Pangi menilai posisi Prabowo yang kini menjadi pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kabinet Indonesia Maju membuat ketua umum Gerindra tersebut tidak bisa asal bicara. Terlebih lagi, Kementerian Pertahanan yang dipimpin Prabowo berada di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Prof Mahfud MD.
Ipang menambahkan, Prabowo tidak hanya bersikap realisis, tetapi juga berprinsip zero enemy alias tak mau cari musuh. "Berkonfrontasi menjadi pilihan terakhir yang cenderung dihindari mengingat risikonya yang sangat besar," tandas Ipang.
Lebih lanjut Ipang mengatakan, sebenarnya Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi sudah menyampaikan pernyataan yang tegas atas tindakan China Coast Guard memasuki zona ekonomi eksklusif (ZEE) RI di Natuna. "Sikap politik Indonesia yang disampaikan oleh Menlu Retno Marsudi pada dasarnya sudah sangat tegas untuk level diplomasi, cuma terkesan kurang heroik di mata publik,' pungkasnya. [nn]