DEMOKRASI.CO.ID - Jebolnya tanggul di tepi Jalan Latuharhari, Jakarta Pusat, tahun 2013 menjadi catatan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agar peristiwa tersebut tidak terulang. Untuk itu, Anies mengecek langsung tanggul karena ada laporan rembesan air.
Anies mengecek tanggul untuk Kanal Banjir Barat pada hari Jumat (3/1) malam. Saat peninjauan, para petugas tengah memperkuat tanggul supaya tidak kembali jebol seperti tahun 2013.
"Semalam meninjau tanggul Latuharhari dan Pintu Air Manggarai. Tanggul Kanal Banjir Barat di Jalan Latuharhari terus diperkuat. Rembesan air terdeteksi dini oleh Dinas SDA sejak 1 Januari lalu, puluhan petugas kita masih bekerja memperkuat tanggul agar tidak jebol kembali seperti banjir besar di 2013," kata Anies lewat Instagram, Sabtu (4/1).
Anies ingin memastikan secara langsung langkah penanganan terhadap munculnya rembesan di tanggul Latuharhari. Soal kondisi saat ini, permukaan air di pintu air Jakarta sudah lebih rendah.
"Kita berharap justru dengan adanya langkah-langkah itu, kita terhindar dari bencana lebih besar. Tapi kita lihat tadi permukaan air sudah jauh lebih rendah sekarang," ujar Anies saat ditemui di SMA Negeri 8 Jakarta, Sabtu (4/1).
Seperti apa peristiwa jebolnya tanggul tersebut?
Saat itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) belum genap 100 hari memimpin. Tanggal 16 Januari 2013, hujan tak berhenti mengguyur ibu kota. Akibatnya, Sungai Ciliwung meluap dan ketinggian air di Pintu Air Manggarai bahkan melewati batas siaga I.
Kanal Banjir Barat mau tak mau menerima limpahan luapan itu. Kamis, 17 Januari 2013 dini hari, debit bertambah deras. Air melimpas melewati tanggul di tepi Jalan Latuharhari, Jakarta Pusat.
Tanggul jebol sepanjang 75 meter. Limpasan itu lalu masuk ke Kali Cideng yang berada di tengah Jl Sumenep dan Jl Purworejo, Jakarta Pusat. Aliran kali kecil ini mengarah ke Waduk Melati, yang berada di belakang Mal Grand Indonesia.
Banjir di Bundaran HI pada 2013 karena jebolnya tanggul Kanal Banjir Barat di tepi Jalan Latuharhari. (Ari Saputra/detikcom) |
Banjir di Bundaran HI tahun 2013 karena jebolnya tanggul kanal banjir barat di tepi Jalan Latuharhari. (Foto: Ari Saputra)
Banjir besar terjadi. Bundaran Hotel Indonesia (HI) terendam. Jalan protokol sampai Kompleks Istana Kepresidenan berubah jadi sungai setinggi pinggang orang dewasa.
Pada 17 Januari 2013 malam, Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menelepon Jokowi. SBY mengizinkan pembukaan pintu air yang mengarah ke Istana agar debit air dapat terbagi ke arah Menteng dan Monas.
Jokowi segera menetapkan status siaga I selama 10 hari. Keesokan paginya (18/1/2013), Jokowi meninjau tanggul yang jebol. Jokowi turut membantu mengangkat batu untuk pemasangan bronjong tanggul.
"Jangan sampai dikejar lagi oleh hujan berikutnya. Hari ini harus rampung. Kalau nggak, kita keduluan sama hujan," ujar Jokowi saat itu.
Menurut Jokowi, perbaikan tanggul dikebut dengan mengerahkan tambahan alat berat. Anggota TNI juga masih membantu memperbaiki tanggul yang jebol selebar 30 meter ini.
"Ada beberapa truk yang masih meluncur tapi belum sampai karena terjebak macet," ujar Jokowi.[dtk]