DEMOKRASI.CO.ID - Menjelang peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) pada 9 Desember mendatang, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta jajarannya untuk menjaga integritas.
Di hadapan pegawai Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu, Sri Mulyani mengaku jengkel karena masih ada pegawai pajak yang melakukan tindakan korupsi. Selain merugikan negara, perilaku tersebut juga merusak seluruh citra Ditjen Pajak.
Sri Mulyani lalu menceritakan dua kasus besar yang pernah terjadi di Ditjen Pajak, Pertama, terdapat petugas pemeriksa wajib pajak yang melakukan tindak korupsi. Kedua, kasus kepala kantor pajak yang malah berperan sebagai mafia pajak.
"Dan saat ini, korupsi sudah masuk menjadi suatu sistem. Dan mereka mengubah nilai-nilai yang salah dijadikan benar," tukas Sri Mulyani di Gedung Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa (3/12/2019).
Karena itu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, bertekad membersihkan birokrasi dari perilaku koruptif. Kemenkeu siap menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memulai pemberantasan korupsi di lembaga-lembaga strategis.
"Dalam situasi seperti ini, kita harus keras. Kita harus melakukan reformasi birokasi, kita akan mulai dari institusi yang paling strategis. Seperti pajak, bea cukai, Badan Pemeriksa Keuangan dan Mahkamah Agung," tandasnya.
Menurutnya, penyebab utama korupsi di negeri ini karena mereka selalu merasa tidak cukup. "Kalau enggak korupsi, enggak bisa hidup. Jadi harus mencari celah mendapat sumber lainnya. Anda melayani tapi mukanya ingin dikasih. Kalau enggak dibayar lebih, enggak mau melayani," tegasnya.
Sri Mulyani mengatakan budaya seperti itu harus ditindak dan tidak boleh ada. Ia menekankan para birokrat harus memiliki integritas dalam melayani.
"Kita harus hilangkan yang begitu. Birokrat kita harus tegak melayani. Generasi milenial kita harus kita matangkan untuk menjadi calon-calon pemimpin yang bersih," ujarnya.
Sri Mulyani menekankan bahwa korupsi merupakan musuh nyata yang dapat menghancurkan negara. Hancurnya suatu negara bukan berasal dari geopolitik atau perang, melainkan karena hancurnya integritas seorang pemimpin yang tidak mengemban amanah.
"Enggak perlu musuh dari luar tapi musuh dari didri sendiri bisa efektif dan manjur dalam meruntuhkan negara. Integritas tidak boleh berubah. Sesuatu yang Anda yakini, tidak boleh diperjualbelikan. Karena integritas indentik dengan hati Anda," pesannya.[]