logo
×

Kamis, 19 Desember 2019

Pengusaha Hebat Dari New York City

Pengusaha Hebat Dari New York City

OLEH: ICHSANUDDIN NOORSY

SEJAK beberapa hari ini nama Saudara Hartadinata Harianto tiba-tiba menjadi buah bibir di mana-mana. Hal itu karena ada "courage" (keberanian) dari seorang anak bangsa untuk menyuarakan sesuatu yang dianggap kurang beres.

Alhamdulillah suara itu banyak didengar. Bahkan banyak dibicarakan, khususnya di media sosial. Dan saya yakin membuka mata banyak kalangan. Intinya klaim perusahaan Saudara Hartadinata Harianto terekspos ke muka publik secara luas.

Tentu harapan saya semoga dengan eksposur ini banyak hal-hal yang tidak diinginkan bisa terhindarkan. Termasuk kemungkinan adanya pihak-pihak yang tertipu atau terkecoh dengan janji-janji hebat dari Hartadinata dan ayahnya.

Sejujurnya saya sudah mulai tergelitik sejak beberapa bulan lalu. Ketika itu ada teman dari Bank Muamalat menyampaikan bahwa seorang investor hebat bernama Hartadinata Harianto dengan perusahaan berpusat di Kota New York ingin bekerjasama sama dengan Bank Muamalat mengerjakan beberapa proyek.

Secara ringan saya melakukan pengecekan tentang kebenaran perusahaan dan proyek-proyeknya. Dan sejujurnya sejak itu pun saya tidak menemukan bukti-bukti kredibilitas perusahaan yang disebut. Yang ada hanya catatan-catatan dan foto-foto yang juga tidak jelas, seolah mengalami banyak "crops" (editan) di sebuah akun Facebook.

Tapi saya diamkan karena minimal dua alasan:

Pertama, rasanya saya tidak punya otoritas dan juga kepentingan untuk berbicara. Biarlah waktu yang berjalan kelak akan menjelaskan hal yang sesungguhnya. Saya hanya seorang warga yang kadang resah, bahkan gatal untuk menyuarakan hal-hal yang perlu disuarakan.

Kedua, karena saya tahu bahwa ada pejabat perwakilan RI ketika itu, sudah menggandeng atau digandeng untuk membesarkan Hartadinata di Indonesia. Itulah sebabnya kita dapat lihat adanya foto-foto hebat bersama para pejabat di Indonesia.

Bahkan secara pribadi saya langsung mengontak pejabat termaksud menanyakan apakah beliau sudah memverifikasi dan mencari tahu perusahaan Hartadinata? Beliau ketika itu malah menawarkan kepada saya bahwa ada pengusaha-pengusaha hebat yang kemungkinan bisa memberikan kontribusi untuk pembangunan pesantren saya di Amerika. Sebuah tawaran yang tidak pernah saya ambil serius. Karena instink saya merasakan bahwa janji itu memang janji semata.

Tapi bagaimanapun juga saya tetap percaya dengan kerja-kerja pejabat perwakilan kita. Maka saya merasa sangat naif jika saya meneruskan kegelisahan saya ke publik. Selain itu saya merasa bahwa langkah-langkah Hartadinata akan terhenti sendiri karena bangsa kita adalah bangsa yang hebat. Tentu tidak mudah dikelabui.

Saya juga sejujurnya mulai membangun "positif  thinking". Dengan melihat kepada pertemuan-pertemuan Hartadinata dengan pejabat, hingga ke Presiden, saya mulai berpikir jangan-jangan investor hebat ini memang telah mendaftarkan usahanya di Indonesia.

Sebagai perusahaan asing untuk beroperasi di Indonesia tentu harusnya terdaftar di BKPM, OJK, dan seterusnya. Foto-foto pejabat itu semakin mengurangi kecurigaan saya. Sebab bagaimanapun juga saya sebagai warga negara percaya dengan kredibilitas pemerintah kita.

Maka saya pun diamkan masalah yang pernah menggelisahkan saya pribadi itu. Dengan harapan semua akan jadi baik. Dan kita akan bangga melihat ada anak bangsa yang hebat. Apalagi berkomitmen memberikan investasi ke berbagai proyek di tanah air.

Tiba-tiba saja beberapa hari yang lalu saya dikontak sekaligus dikirimi sebuah berita bahwa Hartadinata Harianto telah mendirikan sebuah perusahaan Syariah yang didaftarkan di negara bagian New York (State of New York). Tentu saya terkejut luar biasa.

Pertama, baru kali ini saya mendengar kata perusahaan Syariah yang didaftar di US. Justeru pada saat kata itu sangat "dicurigai" sebagai simbol "radikalisme". Tidak saja di Amerika. Bahkan di beberapa negara Islam sendiri kata ini kerap disalah pahami dan dicurigai.

Saya semakin terganggu karena setelah dicek, benar adanya bahwa ada perusahaan dengan nama "Syariah Indonesia LLC" didaftarkan di negara bagian New York. Saya terganggu karena kata yang diidentikkan sebagai simbol radikalisme itu kini dikaitkan dengan nama negara saya "Indonesia".

Kedua, ternyata Hartadinata begitu gesit mempromosikan dirinya dan pengakuan usaha barunya: Halal business. Maka berbagai instiusi Islam, termasuk pesantren dia rambah. Bahkan tidak ragu-ragu memakai simbol keagamaan (Islam), masuk ke masjid-masjid dan pesantren mempromosikan pengakuan itu. Bahkan rencana bisnis Syariah itu juga akan memasuki dunia travel Haji dan Umrah.

Beberapa teman yang memang pioneer bisnis halal mulai diakui sebagai partner. Salah satunya adalah Ust. Valentino Dinsi. Belakangan beliau mengingkari dan mengklarifikasi jika foto beliau itu diambil justeru di sebuah acara seminar.

Keadaan di atas menggelitik kembali "karakter nakal" saya dan bahkan memaksa saya untuk membuka mulut. Bagi saya ini adalah panggilan nurani dan iman sekaligus. Saya harus menyuarakan sesuatu yang saya anggap tidak beres.

Perlu diketahui bahwa saya bukan tidak memerlukan relasi dan "pleasure" (senangnya) banyak pihak. Bahkan saya seharusnya membangun relasi yang baik dengan semua pihak.

Tapi satu hal yang perlu dicatatat. Saya tidak akan mencari kesenangan orang lain dengan merendahkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Jika itu benar dan adil saya akan dukung dengan segala daya. Tapi jika itu salah dan semena-mena akan saya lawan, apapun konsekwensinya.

Itulah sebabnya saya kembali menyuarakan dengan lantang tentang ketidak beresan "jualan" Hartadinata Harianto di Indonesia. Alhamdulillah ternyata mendapat sambutan yang luar biasa.

Banyak pihak-pihak yang kemudian membuka mata dan menyuarakan hal yang sesungguhnya. BKPM mengakui bahwa perusahaan Hartadinata tidak terdafar. OJK juga bersuara mengklarifikasi pengakuan Hartadinata bahwa OJK mengakui usahanya. Bahkan foto Bapak Wimboh, Ketua OJK, diunggah di Facebooknya diklarifikasi bahwa itu pertemuan biasa di New York.

Sebenarnya sederhana untuk semua pihak untuk mencurigai usaha Hartadinata ini. Sebagai perusahaan yang diakui besar di Amerika, baru kali ini saya mencoba bertanya ke professor Google tapi enggang dijawab. Tidak ada website, tidak ada kontak permanen, tidak ada kantor, dan seterusnya.

Bahkan setelah mencari kembali file pendaftaran perusahaan-perusahaan Hartadinata ditemukan kejanggalan bahkan keanehan. Empat buah perushaan didaftar di negara bagian New York dalam waktu yang singkat. Dua di antaranya bahkan hanya berselang sehari semalam.

Saya kembali mengulangi bahwa untuk mendaftarkan perusahaan di Amerika sangat sederhana dan mudah. Setiap mereka yang tinggal di Amerika secara legal, bahkan tidak legal sekalipun, asal punya apa yang disebut nomor SS atau Social Security number dapat membuka mendaftarkan perusahaan.

Jadi bukan sesuatu yang luar biasa jika seorang Hartadinata bisa mendaftarkan empat perusahaan dalam waktu singkat itu. Masalahnya kemudian apakah perusahaan itu aktif dan memang ada usaha? Atau hanya sekedar terdafar?

Untuk membuktikan ini salah satunya kita tunggu bukti laporan pajak perusahaan-perusahaan Hartadinata di Amerika.

Untuk di Indonesia, apakah masuk akal sebuah pengusaha yang mendaftarkan perusahaannya di New York lalu dengan sangat mudah dan luas melakukan janji-janji investasi dimana-mana di negeri ini? Seharusnya pihak-pihak otoritas terkait telah melakukan investigasi. Sayang nampaknya kemampuan PR Hartadinata telah menutup banyak kalangan.

Akhirnya saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah merespons dengan positif. Termasuk media, khususnya Kumparan yang telah secara khusus membentuk tim investigasi di lapangan.

Tentu pintu tetap terbuka kepada semua pihak untuk ikut memberikan klarifikasi, khususnya mereka yang pernah ada kaitan dengan Hartadinata. Dan tentunya secara khusus Saudara Hartadinata sendiri.

New York, 18 Desember 2019

Imam Shamsi Ali Penulis adalah Presiden Nusantara Foundation.
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: