DEMOKRASI.CO.ID - Pengamat Intelijen dan Teroris Al Chaidar menilai ada kejanggalan dalam pengungkapan pelaku penyiraman Novel Baswedan.
Menurut Al Chaidar, bila pelaku merupakan anggota poliisi aktif, kenapa kasus tersebut berlarut- larut sehingga menimbulkan kecurigaan masyarakat akan keterlibatan polri.
“Ini sangat berbahaya jika polisi berpolitik dan partisan,” kata Al Chaidar saat dikonfirmasi PojokSatu, Sabtu (28/12).
Karena itu, Al Chaidar pun menduga, dalam kasus penyiraman Novel itu, Kapolri sebelumnya yakni Tito Karnavian terkesan melindungi pelaku.
Pasalnya, pengungkapan pelaku baru bisa diungkap setelah Idham Aziz naik menjadi Kapolri.
“Iya ada kemungkinan begitu (Tito yang melindungi pelaku),” ungkapnya.
Berbagai upaya telah dilakukan sebelumnya, namun polisi mengaku kesulitan menangkap pelaku atau dalang penyerangan terhadap Novel Baswedan.
Polisi bahkan telah membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta. Namun, hingga masa kerja tim itu berakhir, pelaku saat itu tidak berhasil ditangkap.
Presiden Joko Widodo juga sempat memberi target ke Kapolri terdahulu, Jenderal Pol Tito Karnavian, untuk mengungkap kasus Novel dalam tiga bulan.
Target itu diberikan Jokowi pada 19 Juli, setelah tim gabungan pencari fakta yang dibentuk Tito gagal mengungkap kasus tersebut.
Namun hingga tenggat waktu yang diberikan berakhir, kasus Novel belum juga terungkap. Jokowi justru mengangkat Tito Karnavian menjadi menteri dalam negeri.
Hingga akhirnya, pelaku berhasil diamankan pada Kamis malam (26/12). di kawasan Jalan Cimanggis Depok. Jawa Barat. Pelaku merupakan anggota polisi yang aktif.
Diketahui, Novel Baswedan disiram air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017 lalu. Saat itu, Novel baru saja menunaikan shalat subuh di Masjid Al Ihsan, dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Akibat penyiraman air keras ini, kedua mata Novel terluka parah. [psid]