DEMOKRASI.CO.ID - Baru beberapa bulan dilantik Presiden Joko Widodo, para menteri pembantu presiden telah banyak menuai pro dan kontra di tengah masyarakat.
Beberapa kebijakan yang dikeluarkan, atau bahkan baru sekadar wacana tak jarang menuai penolakan dari publik.
"Gonjang- ganjing yang terjadi sekarang ini terkesan seperti kejar setoran. Banyak pengamat ekonomi, politik, dan lain-lain mengecam kebijakan para pembantu Presiden Jokowi karena jauh dari kepentingan rakyat," kata Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F. Silaen dalam keterangannya kepada redaksi, Rabu (18/12).
"Mungkinkah Bapak Presiden Jokowi tidak tahu apa yang dikerjakan atau dilakukan oleh pembantunya? Maybe yes maybe no," sambungnya.
Menurut Silaen, saat ini banyak pihak yang menilai ada perubahan gaya kepemimpinan Jokowi jika dibandingkan dengan pemerintahan periode pertama. Hal itu terlihat dari beberapa pernyataan yang justru kontradiksi dengan sikapnya saat memimpin bersama Jusuf Kalla lima tahun belakangan.
"Apakah Jokowi sedang merasa lelah akut mengurus negara ini, sehingga pernyataannya sering tidak konsen dan kurang konsisten memandang sebuah masalah. Ini nampak jelas dirasakan oleh rakyat," lanjut alumni Lemhanas Pemuda 2009 ini.
"Dari raut wajah Presiden, saya melihat begitu lusuh memikirkan beban pertumbuhan ekonomi dan defisit transaksi yang terus menguras devisa negara. Resesi ekonomi dunia memang sedang tidak baik, bahkan cenderung memburuk dengan adanya perang dagang AS vs China," lanjutnya.
Namun Silaen meyakini tak hanya persoalan ekonomi yang sedang dipikirkan Jokowi. Ada beberapa persoalan lain seperti stabilitas sosial politik hingga keamanan.
"Misalnya masalah Papua butuh ditangani dengan kebijakan yang tepat dan komprehensif agar penyelesaiannya tuntas. Bapak presiden harus bekerja ekstra untuk negeri ini, sebab ekonomi dunia sedang lesu dan suram, hemat saya, Bapak Jokowi harus jaga kesehatan dan atur stamina agar tidak ngedrop," tandasnya. [rm]