DEMOKRASI.CO.ID - Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) mendapat dukungan dari Ketua Majelis Syuro Arab Saudi (Consultative Assembly of Saudi Arabia) atau Majelis Permusyawaratan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Kerajaan Arab Saudi Abdullah Bin Muhammad Al Ash-Sheikh atas gagasan dibentuknya Forum Majelis Syuro Sedunia.
Gagasan tersebut dinilai penting untuk peningkatan hubungan antar negara khususnya negara-negara berpenduduk muslim di dunia dalam memerangi radikalisme dan ekstremisme serta menjaga perdamaian dunia.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang akrab disapa Bamsoet berharap pemerintahan Arab Saudi kembali menambah kuota haji untuk jemaah Indonesia dari 231 ribu pada tahun 2019 menjadi setidaknya lebih dari 250 ribu di tahun mendatang.
Dengan ketersediaan kuota saat ini, masa tunggu jemaah yang ingin menunaikan ibadah haji bisa mencapai 20 tahun bahkan lebih. Mengingat besarnya antusias dan jumlah penduduk muslim Indonesia yang ingin menunaikan ibadah Haji, maka penambahan kuota haji bagi 263 juta jumlah rakyat Indonesia saat ini menjadi sangat penting.
"Global Religious Futures memprediksi hingga tahun 2050 jumlah penduduk muslim Indonesia mencapai 256,82 juta dari 263 juta jiwa atau sekitar 86,39 persen. Ditambah pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar rata-rata 5 persen lebih yang melampaui pertumbuhan ekonomi dunia. Membuat pendapatan masyarakat meningkat, yang pada gilirannya memberikan kemudahan mereka menunaikan ibadah Haji" kata Bamsoet dalam keterangannya, Senin (23/12/2019).
Seperti diketahui hal tersebut disampaikan dalam pertemuannya dengan Ketua Majelis Ash Shura Arab Saudi (Consultative Assembly of Saudi Arabia) Abdullah Bin Muhammad Al Ash-Sheikh, di Kantor Parlemen Arab Saudi, beberapa waktu lalu.
Dalam kunjungan kehormatan tersebut hadir pula Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Ahmad Muzani, Asrul Sani, Jazilul Fawaid, Fadel Muhammad, Nusron Wahid, Darul Siska, Idris Lalena dan Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel.
Bamsoet menambahkan, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia, Indonesia juga telah menjadi contoh bagaimana mengelola keberagaman suku, agama, etnis, dan golongan dengan baik. Menurutnya hal ini bisa menjadi role model bagi negara lainnya, bahwa antara agama dan peradaban maupun antara agama yang satu dan lainnya bukanlah alasan menjadi sumber pertentangan.
"Hal ini tak terlepas dari keberadaan dua organisasi massa Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, yang selalu menyebarkan Islam yang tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran). Saat Islam disudutkan di berbagai negara lantaran radikalisme dan ekstrimisme, tidak demikian di Indonesia. Di Indonesia, Islam justru menjadi sumber perdamaian. Hal ini bisa menjadi tambahan pertimbangan bagi Arab Saudi untuk menambah jumlah kuota haji jemaah Indonesia," tutur Bamsoet.
Dalam kesempatan tersebut pihaknya juga menekankan pentingnya negara-negara berpenduduk muslim terbesar dunia, seperti Indonesia dan Arab Saudi mempromosikan dan menjadi teladan dalam memperkuat ukhuwah islamiyah (persaudaraan yang Islami), ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama umat manusia), dan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan menjaga kerukunan antar umat beragama). Mengingat agama, khususnya Islam yang senantiasa mengajarkan cinta kasih, tak boleh dijadikan alasan konflik, apalagi perang.
"Atas dasar ukhuwah itulah, rakyat Indonesia melalui para wakilnya di Parlemen mendukung kemerdekaan Palestina dari konflik berkepanjangan dengan Israel, mengutuk tindakan China terhadap muslim di Uighur, serta mengutuk tindakan Myanmar terhadap etnis Rohingnya. Bukan bermaksud mencampuri urusan dan kedaulatan negara lain, melainkan semata untuk membebaskan umat manusia dari penderitaan, serta membumikan kedamaian di muka bumi ini," tandasnya.
Ia pun mengajak Parlemen Arab Saudi memperkuat kerja sama dan bergandengan tangan dengan Parlemen Indonesia, khususnya di organisasi parlemen negara-negara organisasi kerja sama islam (OKI)/ The Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) dan Forum Majelis Syuro Sedunia yang akan dibentuk nanti, maupun di berbagai organisasi dunia lainnya, untuk senantiasa mempromosikan perdamaian dunia. Semangat perdamaian juga sejalan dengan semangat Islam sebagai rahmatan lil alamin.
"Parlemen Arab Saudi dan Indonesia harus bergandengan tangan dan menjadi lokomotif parlemen dunia dalam mewaspadai berkembangnya potensi radikalisme dan ekstremisme yang mengatasnamakan ajaran Islam. Sehingga Islam tak tercoreng. Islam merupakan sumber perdamaian dunia, bukan sumber pertikaian," pungkasnya.[dtk]