logo
×

Kamis, 19 Desember 2019

"Kuala Lumpur Summit 2019", Saudi Absen, Pakistan Mengundurkan Diri

"Kuala Lumpur Summit 2019", Saudi Absen, Pakistan Mengundurkan Diri

DEMOKRASI.CO.ID - Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad membela penyelenggaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pemimpin negara-negara Islam yang diadakan di Malaysia, saat membuka acara itu.

Sementara itu, Kerajaan Arab Saudi menolak hadir dalam pertemuan tersebut yang dianggap telah meremehkan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), organisasi yang lebih besar.

Reuters melaporkan, Kamis (19/12), perpecahan di antara negara-negara Islam tampak nyata. Hanya 20 negara yang mengirimkan delegasi atau para pemimpinnya ke KTT Kuala Lumpur. Padahal seluruh anggota OIC diundang yang berjumlah 57 negara.

Raja Arab Saudi menolak hadir dalam pertemuan itu dan Pakistan juga mengundurkan diri dari acara itu di saat-saat terakhir. Akibatnya, membuat tuan rumah, Malaysia harus bekerja keras memperbaiki hubungan yang sensitif itu.

Mahathir mengatakan, KTT Kuala Lumpur bertujuan untuk memahami mengapa Islam, umat Muslim, dan negara mereka berada dalam 'kondisi krisis, tak berdaya, dan tak pantas untuk agama besar ini'.

Tidak jelas sampai batas mana para pemimpin tersebut akan membuka pembicaraan mengenai krisis geo-politik yang berdampak pada umat Muslim. Masalah-masalah tersebut mulai dari pertikaian lama di Timur Tengah dan Kashmir, hingga konflik di Suriah dan Yaman.

Ditambah lagi dengan masalah yang menimpa kaum Muslim Rohingya di Myanmar dan tuduhan persekusi terhadap Muslim Uighur di Wilayah Xinjiang, China.

Menurut Mahathir, KTT yang akan berakhir pada Sabtu (21/12), akan membicarakan persepsi dunia terhadap Islam, meningkatnya Islamofobia atau ketakutan terhadap Islam, menurunnya peradaban Islam dan reformasi dalam pemerintahan yang diperlukan oleh negara-negara Islam.

"Kami tidak mendiskriminasi atau mengisolasi siapa pun," katanya dalam kata sambutan, yang disaksikan oleh beberapa pemimpin negara, termasuk Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan; Presiden Iran, Rouhani dan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamid Al-Thani.

"Kami mencoba memulai dari hal yang kecil and bila ide-ide, proposal-proposal, dan solusi-solusi itu diterima serta terbukti bisa diterapkan, maka kami berharap akan membawanya ke platform yang lebih besar untuk dipertimbangkan," tambahnya. (*)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: