DEMOKRASI.CO.ID - Turki mempercepat rencana invasinya ke Libya dengan sesegera mungkin membuat UU yang memungkinkan pasukannya masuk ke negara Afrika Utara tersebut.
Diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, ada risiko yang besar jika nantinya Libya bernasib sama seperti Suriah. Oleh karenanya, Cavusoglu mengatakan Turki harus mempercepat pengiriman pasukannya untuk menghentikan hal tersebut.
"Jika hari ini Libya seperti Suriah, maka (nanti) akan datang negara-negara lain di kawasan itu," ujar Cavusoglu dalam sebuah pertemuan Partai AK seperti dimuat Reuters.
"Kita harus melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencegah Libya terpecah dan masuk ke dalam kekacauan. Dan itulah yang sedang kami kerjakan," lanjutnya sembari membeberkan rencananya untuk bertemu dengan tiga pimpinan partai oposisi pada besok, Senin (30/12) untuk membahas UU tersebut.
Pada pekan lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan keputusannya dan mendorong agar parlemen mengirim pasukan ke Libya guna mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang dipimpin oleh Fayez al-Serraaj.
Sementara itu, rencana pengiriman pasukan sendiri dilakukan mulai digaungkan setelah Turki dan Libya menandatangani kerja sama keamanan dan militer, termasuk mengenai batas-batas laut di Mediterani timur.
Jika Turki membela GNA di Libya, maka pasukannya juga harus melawan pasukan Jenderal Khalifa Haftar yang berbasis di Libya timur. Haftar sendiri selama ini telah didukung oleh Rusia, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), dan Yordania.
Beberapa pekan terakhir, pasukan Haftar telah memasuki pinggiran selatan ibukota Tripoli dengan bantuan dari Rusia dan Sudan, serta drone buatan China yang dikirim oleh UEA.[rmol]