DEMOKRASI.CO.ID - Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) tahun 2020 merupakan momentum untuk mengembalikan ormas Islam terbesar di Indonesia itu ke khittah perjuangan, bukan sebagai kendaraan politik.
Begitu harapan cucu dari pendiri NU KH. Wahab Chasbullah, H. Agus Solachul Aam Wahib alias Gus Aam saat menjadi keynote speaker di acara Maulid Nabi yang digelar di kantor PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Minggu (28/12).
Dia berharap muncul kiai-kiai baru yang dapat menyembuhkan NU dari penyakit parah yang diderita.
“Semoga kita bisa mewarnai, bisa membentuk bagaimana NU harus kembali ke jati dirinya, ke khittahnya. Sehingga kita bisa sama-sama berjuang seperti dahulu kala,” ujar Gus Aam.
Menurutnya, NU sekarang berbeda dengan NU zaman dulu yang dipimpin ulama-ulama besar dari seluruh Indonesia. Saat ini, NU seperti sudah ditunggangi kepentingan politik dan kerap jadi kendaraan untuk meraih suara di pemilu.
“Dahulu itu, alhamdilullah saya masih ngalamin, kita itu rukun, antar sesama rukun, jadi tidak ada istilahnya seperti sekarang. Mudah-mudahan nanti dengan adanya gerakan moral, orang baru bisa lebih teduh bisa lebih tenang, lebih nyaman,” ucapnya.
Selain politik, Gus Aam juga menyoroti NU yang telah banyak disusupi oleh paham lain. Paham yang sebenarnya tidak selaras dengan visi dan misi NU.
“NU-nya jangan di kemana-manain artinya artinya harus memurnikan Ahli Sunnah Waljamaah. Ini NU sekarang ini sudah disusupi segala macam paham, syiah, liberal, kita tidak sesuai dengan aslinya itu,” tambahnya. [rmol]