DEMOKRASI.CO.ID - Pagi tadi Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam kunjungannya, Edhy menemui nelayan pembudi daya lobster di kawasan Teluk Jukung, Kecamatan Jerowaru.
Dalam pertemuan tersebut, nelayan di Teluk Jukung menolak keras rencana ekspor benih lobster. Sebanyak 413 nelayan pembudi daya lobster Teluk Jukung merasa dirugikan jika keran ekspor dibuka.
"Kita sangat-sangat tidak setuju ada ekspor. Walaupun celahnya hanya 1% itu tidak bisa," kata salah satu nelayan pembudi daya lobster di Teluk Jukung, Abdullah, Kamis (26/12/2019).
Abdullah mengatakan, pembudi daya lobster bisa gulung tikar dengan adanya ekspor benih lobster. Pasalnya, mereka tak punya lagi kesempatan untuk membesarkan lobster dan menjualnya dalam bentuk yang siap konsumsi.
"Kalau lobster itu ke luar dari wilayah Indonesia, kita budi daya pasti akan gulung tikar," kata Abdullah.
Dalam kesempatan yang sama, Mahli, yang juga pembudi daya lobster menyatakan hal senada. Dengan dilakukannya ekspor, maka pembudi daya lobster di Lombok Timur yang biasanya membeli benih seharga Rp 2.000 per ekor ke penangkap benih di Lombok Tengah, kini harus membayar Rp 20.000 per ekor benih lobster.
"Biasanya benihnya beli di Lombok Tengah dengan harga Rp 2.000/ekor. Sekarang Rp 20.000/ekor, setelah diekspor kan. Sudah 2 bulanan ini," imbuh Mahli.
Dengan kenaikan harga tersebut, modal untuk membudidayakan lobster membengkak.
"Modalnya lebih banyak dari pada hasil, sementara kita ada pakan dan segala macam, tutup Mahli.[dtk]