DEMOKRASI.CO.ID - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di pasar spot, rupiah yang dibuka stagnan kini mulai ajeg melemah.
Pada Kamis (19/12/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.983. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Seperti di kurs acuan, rupiah juga merah di pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.980 di mana rupiah melemah 0,07%.
Kala pembukaan pasar, rupiah masih stagnan di Rp 13.970/US$. Namun selepas itu rupiah bergerak ke selatan dan sepertinya mulai 'nyaman' di zona merah meski pelemahannya tipis saja.
Dari dalam negeri, setidaknya ada tiga faktor yang menjadi beban bagi langkah rupiah. Pertama, mata uang Tanah Air rawan terserang profit taking karena sudah menguat lumayan signifikan.
Dalam sebulan terakhir, rupiah masih menguat 0,75% di hadapan greenback. Secara year-to-date, penguatan rupiah lebih sangar lagi yaitu 3,15%.
Ini tentu menggoda investor untuk mencairkan keuntungan. Cuan besar yang didapat dari rupiah suatu saat pasti akan direalisasikan, dan itu sepertinya terjadi sekarang.
Kedua, jelang akhir tahun kebutuhan valas korporasi sedang tinggi untuk pembayaran kewajiban dividen, utang jatuh tempo, impor dan sebagainya. Rupiah mengalami tekanan jual sehingga nilainya melemah.
Ketiga, investor tengah menantikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) edisi Desember 2019 yang hasilnya diumumkan pukul 14:00 WIB nanti. Pasar berekspektasi Gubernur Perry Warjiyo dan kolega mempertahankan suku bunga acuan di 5%.
Namun sebenarnya masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Inflasi masih jinak, sampai akhir tahun diperkirakan hanya sekitar 3,1%. Selain itu, ada kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga stimulus moneter lebih lanjut mungkin masih diperlukan.
Jadi sembari menunggu bagaimana hasil RDG BI, pelaku pasar pun menahan diri. Lebih baik tidak bermain agresif dulu sampai hasilnya bisa dipastikan.
Trump Sah Dimakzulkan!
Sementara mata uang Asia lainnya bergerak mixed di hadapan dolar AS. Mirip dengan rupiah, pergerakan mata uang Asia pun tipis-tipis saja. Namun saking tipisnya, pelemahan 0,07% sudah cukup untuk membawa rupiah jadi mata uang terlemah di Asia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:06 WIB:
Situasi di pasar uang memang masih so-so saja, tetapi di pasar saham kondisinya lebih rusuh. Seluruh bursa saham utama Asia kini melemah, tidak ada yang hijau.
Berikut perkembangan indeks saham utama Asia pada pukul 10:08 WIB:
Investor resah dengan perkembangan politik di AS. House of Representatives (bagian dari Kongres AS) resmi memutuskan untuk memakzulkan Presiden Donald Trump.
Trump didakwa melanggar dua poin. Pertama adalah penyalahgunaan kekuasaan. Tudingan ini datang setelah beredarnya percakapan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Berbicara melalui sambungan telepon pada 25 Juli 2019, Trump ditengarai meminta pemerintahan Zelenskiy untuk melakukan penyelidikan atas bisnis migas keluarga Joe Biden di negara pecahan Uni Soviet tersebut. Demokrat menuding Trump menjanjikan bantuan senilai US$ 400 juta dalam bentuk asistensi militer.
Biden, eks wakil presiden pada masa pemerintahan Barack Obama, adalah salah satu kandidat kuat calon presiden Partai Demokrat untuk pemilihan tahun depan. Langkah Trump diduga sebagai upaya menjegal Biden dalam kontestasi politik Negeri Adidaya.
Demokrat menilai Trump melanggar sumpah jabatan karena menjanjikan sesuatu yang terkait dengan wewenangnya untuk menguntungkan diri sendiri atau golongan tertentu. Trump juga dianggap membahayakan keamanan nasional. Untuk poin pertama ini, hasil voting di House adalah 230 suara mendukung impeachment sementara 197 menolak.
Kemudian poin kedua adalah tuduhan bahwa Trump menghalangi upaya penyelidikan oleh Kongres. Di poin ini perolehan suaranya sama seperti di poin pertama.
Nasib Trump Tergantung Senat
Oleh karena itu, Trump sudah sah dimakzulkan oleh House. Proses berikutnya adalah pembahasan di Senat, yang dikuasai oleh Partai Republik pendukung pemerintah.
Di Senat, Trump bisa selamat jika ada 67% suara yang menolak impeachment. Masalahnya, Partai Republik meski mayoritas hanya menguasai 53 dari 100 kursi di Senat.
Baca:AS di Tangan Trump, Apakah Memang Great Again?
Apakah voting di Senat bisa menghasilkan suara 67% menolak impeachment sehingga Trump tetap menghuni Gedung Putih? Well, dengan komposisi kursi di Senat yang ada saat ini memang agak sulit...
Jadi, ke depan ada risiko kegaduhan politik dalam skala besar karena Trump sangat mungkin lengser dari kurs AS-1. Ada ketidakpastian besar yang menanti pasar. Ini membuat investor memilih bermain aman dan menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. [cnbc]