DEMOKRASI.CO.ID - PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah dalam kondisi yang sangat pelik.
Perusahaan BUMN asuransi ini mengalami gagal bayar polis kepada nasabah terkait produk investasi Saving Plan.
Nilai tunggakan pada nasabahnya tak tanggung-tanggung, mencapai Rp 12,4 triliun.
Seretnya keuangan Jiwasraya bermula dari jatuhnya nilai portofolio saham yang dimilikinya.
Kesalahan manajemen terdahulu dalam penempatan investasi jadi penyebabnya.
Jiwasraya sendiri diketahui banyak mengoleksi saham yang berisiko tinggi.
Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, buka suara masalah yang menerpa Jiwasraya saat dirinya masih memimpin Kementerian BUMN.
Dahlan meluruskan isu yang beredar bahwa dirinya menyetujui usulan suntikan modal lewat Penyertaan Modal Negara ( PMN) untuk menyehatkan kinerja Jiwasraya saat itu.
Dahlan mengurai pandangannya soal Jiwasraya saat berada di dalam pesawat Garuda Indonesia penerbangan Surabaya-Denpasar.
Secara kebetulan, pesawat yang dinaikinya berjenis seri A330-900 Neo yang heboh lantaran skandal penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton.
"Memang, saya ingin bertanya itu. Apakah benar saya pernah menyetujui injeksi modal ke Jiwasraya pada 2012. Saya sendiri yakin tidak mungkin melakukan itu," kata Dahlan seperti dikutip Kompas.com dari laman pribadinya, disway.id pada Minggu (29/12/2019).
"Saya anti PMN, kecuali untuk industri strategis di bawah Kemenhan," katanya lagi.
Dahlan juga menyinggung soal kemungkinan dirinya juga ikut percaya, pada manipulasi laporan kinerja oleh direksi Jiwasraya saat dirinya menjabat Menteri BUMN.
"Muncul juga perasaan bersalah. Jangan-jangan saya dulu juga tertipu oleh direksi Jiwasraya. Kan personalnya masih yang sama," ucap Dahlan.
Sampai-sampai, sambungnya, dirinya secara pribadi memuji kinerja memuaskan para direksi Jiwasraya saat itu yang dianggap bisa menyehatkan keuangan perseroan tanpa suntikan PMN.
"Saya mencoba menghubungi dirut lama itu. Yang pernah saya puji habis-habisan di pada 2012 itu."
"Yang saat itu mampu mencari jalan keluar yang brilian, selain injeksi modal yang saya pasti tidak setuju," ungkapnya.
Dirinya menilai, saat itu manajemen lama Jiwasraya cukup mumpuni mencari jalan keluar dari kesulitan yang membelit perusahaan.
Padahal, beban Jiwasraya saat itu cukup berat.
"Ternyata ditemukan jalan lain. Alhamdulillah. Jiwasraya keluar dari kesulitan. Sampai-sampai saya menyebutnya 'Jiwasraya telah merdeka'. Merdeka dari beban triliunan," ucap Dahlan.
"Kebetulan saat itu menjelang 17 Agustus. Kata 'merdeka' lagi menggema di mana-mana. Tapi yang benar-benar merasakan arti merdeka adalah Jiwasraya," imbuhnya.
Jika benar memang dirinya tertipu oleh paparan kinerja oleh manajemen Jiwasraya saat itu, Dahlan mengaku legawa menerimanya.
"Apakah tidak mungkin saat itu saya pun tertipu oleh angka-angka yang dipaparkan direksi Jiwasraya?"
"Saya begitu ingin tahu jawabnya. Saya siap menerima kabar buruk, bahwa saya pun tertipu," ungkap Dahlan. (*)