DEMOKRASI.CO.ID - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain turut mengomentari istilah nabi rembes yang muncul dalam ceramah Gus Muwafiq. Ia heran terhadap oknum yang mengklaim istilah tersebut tertulis dalam kitab.
Dalam ceramahnya, Gus Muwafiq mengartikan rembes sebagai ingus, namun menurut Tengku Zul rembes dimaknai dekil.
Hal itu diungkapkan melalui cuitan yang dibagikan melalui jejaring Twitter pribadinya @ustadtengkuzul, Selasa (3/12/2019).
Tengku Zul mengaku, setelah membaca berulang kali, ia tidak menemukan istilah nabi rembesan dan dekil tertulis dalam kitab.
Ia menanggapi cuitan seorang warganet yang sebelumya menyebut istilah itu ada dalam Kitab Ar-Rohiq al-Makhtum.
Untuk itu, ia mempertanyakan kebenaran dari pernyataan tersebut. Ia tak sependapat jika sakit mata dikatakan rembes dan dekil.
"Heran sekali. Kiyai yang bilang Rembes sudah minta maaf. Kenapa banyak makhluk yang menyebarkan kitab seolah olah Nabi Rembesan dan Dekil. Padahal kami baca berulang ulang tidak ada ditulis di kitab itu bahwa Nabi Rembes dan Dekil...Masak Sakit Mata Dibilang Rembes dan Dekil..?," cuit Tengku Zul.
Heran sekali.— tengkuzulkarnain (@ustadtengkuzul) December 3, 2019
Kiyai yg bilang REMBES sdh minta maaf.
Kenapa banyak makhluk yg menyebarkan kitab seolah olah Nabi REMBESAN dan DEKIL.
Padahal kami baca berulang ulang tdk ada DITULIS di Kitab itu bahwa NABI REMBES dan DEKIL...
Masak Sakit Mata Dibilang REMBES dan DEKIL...?
Sebelumnya, ceramah Gus Muwafiq ketika memberikan tausiah di Purwodadi, Jawa Tengah beberapa waktu lalu viral hingga memancing protes khalayak lantaran diduga memuat unsur hinaan kepada Nabi Muhammad.
Dalam ceramahnya, Gus Muwafiq menyebut kelahiran Nabi Muhammad tidak bersinar. Selain itu, ia mengatakan Nabi Muhammad saat masih kecil "rembes" atau ingusan.
Namun, tak lama setelah namanya disorot, Gus Muwafiq memberikan klarifikasi. Ia menyampaikan permohonan maaf atas ceramahnya yang menyinggung sekaligus meluruskan jika pernyataan yang disampaikan semata-mata untuk menjawab pertanyaan milenial mengenai cahaya Nabi Muhammad.