DEMOKRASI.CO.ID - Setelah Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019, bulan madu Partai Gerindra dan PKS pun berakhir.
Dua partai yang sukses mengantarkan Anies Baswedan menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta itu kerap beda pendapat. Dulu kawan, kini lawan.
Perseteruan Gerindra dan PKS mulai terjadi sejak perebutan kursi Wakil Gubernur DKI Jakarta yang ditinggalkan Sandiaga Uno.
Awalnya, Gerindra merelakan kursi 02 DKI diberikan kepada PKS dengan kompensasi PKS mendukung Prabowo berpasangan dengan Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019.
Belakangan, Gerindra berubah pikiran. Partai besutan Prabowo ini tetap menginginkan kursi Wakil Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Perseteruan Gerindra dan PKS pun semakin panas. Akibatnya, sampai hari ini kursi 02 DKI Jakarta belum juga terisi.
Setelah Pilpres 2019, Gerindra dan PKS semakin tidak sejalan. Gerindra memutuskan bergabung dengan pemerintahan Joko Widodo. Sedangkan PKS memilih tetap menjadi oposisi.
Terbaru, Gerindra mengobok-obok PKS di Kota Padang. Sejumlah politisi Gerindra yang dipimpin Andre Rosaide melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah tempat hiburan malam.
Mereka melakukan sidak di kota yang dikenal sebagai basis PKS. Kota Padang sendiri dipimpin oleh politisi PKS, Mahyeldi Ansharullah.
Mahyeldi menjabat Wali Kota Padang dua periode, 2014-2019 dan 2019-2024. Sebelumnya, ia merupakan Wakil Wali Kota Padang periode 2009-2014.
Sidak Gerindra berbuah manis. Mereka menemukan PSK dan minuman keras di tempat hiburan malam, Minggu (22/12) dini hari.
Hal itu menjadi alasan Gerindra di DPRD Kota Padang untuk segera memanggil Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah.
Temuan Gerindra ini secara tidak langsung menampar PKS. Terlebih, Mahyeldi dikenal sebagai ulama.
“Sangat disayangkan sekali, wali kotanya ustaz, wali kota buya, kok maksiat merajalela begini,” kata Andre kepada wartawan di sela-sela sidak.
Temuan Gerindra bakal menjadi batu sandungan bagi Mahyeldi yang digadang-gadang menjadi calon Gubernur Sumatera Barat 2020.
Lembaga survei PT Bright Insight bekerjasama dengan Haluan Media Group (HMG) baru-baru ini merilis elektabilitas kandidat calon gubernur Sumbar 2020.
Direktur Eksekutif PT. Bright Insight, Hafrizal Ade Okta Putra menyebutkan survei itu dilakukan pada 8 hingga 14 November 2019 lalu.
Hafrizal menambahkan, dari 15 kandidat yang disurvei, Mahyeldi menempati posisi teratas dengan persentase 18,80 persen, disusul anggota DPR RI Mulyadi (14,40 persen), mantan Bupati Tanah Datar M. Shadiq Pasadigoe (13 persen). Kemudian Nasrul Abit (10,20 persen), Fakhrizal (8,40 persen). Lalu ada anak muda Faldo Maldini (8,20 persen), Riza Falepi (6 persen).
“Kemudian ada Emma Yohana, Andre Rosiade, Fadli Zon, Ali Mukhni dan calon lainnya dengan tingkat elektabilitas berkisar 4 persen lebih,” jelas Hafrizal belum lama ini.[psid]