DEMOKRASI.CO.ID - Transaksi berjalan dan neraca dagang defisit pada pemerintahan pertama tidak mencapai target. Hal itu membuat Presiden Joko Widodo sangat jengkel.
Merosotnya transaksi berjalan dan neraca perdagangan dikarenakan gaya ugal-ugalan Kementerian Perdagangan yang dipimpin oleh Enggartiasto Lukito dalam menjalankan impor.
Ekonom dari Institute For Development of Economic and Finance (INDEF) Nailul Huda mengatakan, merosotnya neraca dagang tidak hanya membuat jengkel Jokowi sapaan akrab Kepala Negara, tapi juga sejumlah ekonom Indonesia.
Mengenai neraca dagang yg tekor terus memang bukan hanya bikin Jokowi jengkel, tapi ekonom juga jengkel," ucap Nailul Huda saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (19/12).
Dia menerangkan akibat merosotnya neraca dagang dan transaksi berjalan, karena Kementerian Perdagangan yang tidak mampu menahan impor.
"Kementerian terkait seolah-olah tidak punya niatan untuk membendung banjir impor ini," paparnya.
Dia mencontohkan dari sektor tekstil yang dibanjiri impor barang dari China. Kebijakan menteri seperti PLB membuat arus impor semakin deras.
Nailul Huda memprediksi tahun depan neraca dagang dan transaksi berjalan belum dapat stabil jika Indonesia tidak dapat melakukan upaya ekspor besar-besaran.
"Defisit. Dampak dari pembatasan sawit dan produk sawit dari UE juga," katanya.
Guna mencegah terjadinya defisit neraca perdagang, sambung Nailul Huda, pemerintah harus melakukan upaya penutupan PLB dan juga pembenahan dari sistem pengawasan.
"Tutup PLB yang paling utama, atau setidaknya sistem pengawasannya dibenahi. Disinyalir dari PLB banyak pemain-pemain impor yang curang," tutupnya. (Rmol)