DEMOKRASI.CO.ID - Masalah gagal bayar Jiwasraya bukan lantaran perusahaan tersebut sudah bermasalah sejak 10 tahun lalu. Sebab, sebelumnya Jiwasraya tidak pernah gagal bayar klaim untuk para pemegang polis.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono mengurai bahwa gagal bayar polis yang mencapai belasan triliun rupiah terjadi karena ada investasi fiktif untuk membobol dana masyarakat di Jiwasraya.
Dia lantas menyebut dua nama yang bekerja sama dalam permufakatan tersebut, yaitu mantan Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman Rahim dan mantan Direktur Keuangan Jiwasraya, Hary Prasetyo.
Mereka membeli saham berportofolio sampah seperti salah satu saham berkode TRAM, yang merupakan saham yang diterbitkan oleh perusahaan milik Heru Hidayat, yang sudah entah ke mana batang hidung sejak kasus jiwasraya meledak,” ujar Arief kepada wartawan, Jumat (20/12).
Gagal bayar Jiwasraya diduga kuat karena investasi yang serampangan di pasar modal. Di mana, perusahaan asuransi pelat merah ini, banyak membelanjakan dana nasabah ke saham lapis tiga alias gorengan. Misalnya TRAM, IIKP, MTFN, ABBA, SMRU.
Tercatat pada 29 Mei 2013, Jiwasraya memborong 5,87 persen saham TRAM yang dibanderol Rp1.300-an per lembar. Total investasi Jiwasraya di TRAM kala itu mencapai Rp 760 miliar. Pada 28 November 2014, saham TRAM melorot Rp 319,8 per lembar. Pada Juni 2019, kembali longsor ke level Rp 122 per lembar.(rmol)