logo
×

Rabu, 20 November 2019

Sayonara Remang-remang JBL! Lokalisasi Terakhir di Jawa Telah Ditutup

Sayonara Remang-remang JBL! Lokalisasi Terakhir di Jawa Telah Ditutup

DEMOKRASI.CO.ID - Lokalisasi Gambilangu atau GBL atau JBL resmi ditutup oleh pemerintah. Para wanita pekerja seks (WPS) di sana kini harus mencari cara lain untuk mencari rupiah.

Penutupan GBL merupakan rencana pemerintah untuk menutup semua lokalisasi di Indonesia dengan batas waktu Desember 2019. Kementrian Sosial Menyebut GBL sebagai lokalisasi terakhir yang ditutup di Jawa dan menjadi yang ke 162 dari 169 yang ditutup.

"Jawa sudah selesai. Masih ada di Sumatera Utara, Bangka Belitung, Bengkulu, Palangka Raya, dan Timika Papua, dan Ambon," kata Dirjen Rehabilitasi Sosial, Tunasusila, dan Korban Perdagangan Orang Kemensos Waskita Budi Kusumo saat seremoni pentupan GBL di terminal Mangkang, Rabu (19/11/2019).

Kemensos menyiapka dana Rp 1,3 miliar untuk penutupan GBL termasuk untuk tali asih kepada 226 WPS yang tercatat di GBL yang masuk wilayah Kendal dan Semarang. Uang itu disalurkan melalui yayasan yang akan mendampingi WPS.

"Kami dari Kemensos beri bantuan Rp 1,3 miliar terutama untuk para penerima manfaat. Untuk 126 orang yang di wilayah Semarang, dan di Kendal 100 orang," pungkasnya.

Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Ita mengatakan jumlah tali asih yang diberikan per orang yaitu Rp 6 juta yang dimaksudkan untuk modal para WPS berwirausaha.

"Kalau mbak-mbaknya (PSK) 126 orang (dari Semarang) ini diberi bantuan dari Rp 6 juta, (dengan rincian) Rp 750 ribu bantuan hidup dan Rp 250 ribu transpor lokal dan Rp 5 juta untuk alat atau bantuan (usaha)," kata Ita.

Setelah ditutup, GBL akan dibuat menjadi kampung tematik karena lokasinya yang strategis berada di samping terminal Mangkang dan di depan Kebun Binatang Semarang. Ita menjelaskan ada tim yang disebut tim sembilan yang akan mengkajinya terlebih dahulu.

"Ada Tim Sembilan yang akan mengkaji. Tempat ini strategis, akan dikaji akan dibuat seperti apa,"pungkas Ita.

"Misal jadi kawasan kuliner, home stay tanpa prostitusi. Yang jelas, harus dikaji dahulu," imbuh Bupati Kendal, Mirna Anissa.

Untuk diketahui, GBL masuk di dua wilayah yaitu Kota Semarang dan Kabupaten Kendal. Kawasan yang masuk Semarang tercatat di RW 6, Kelurahan Mangkang Kulon, Kecamatan Tugu. Sedangkan yang masuk di Kendal tercatat di Dukuh Mlaten, Desa Sumberejo, Kecamatan Kaliwungu.

"Dulu di sini semua masuk Kendal, Kecamatan Tugu itu wilayah Kendal, kemudian ada pemekaran Kota Semarang sekitar tahun 1978," kata Kasmadi, pembina di Gambilangu Kendal.

GBL ada sejak tahun sekitar 1965 dengan konsep warung remang-remang dengan rumah papan seadanya. Kemudian lokasi ini semakin ramai dengan orang yang ingin melepas birahi hingga akhirnya berkembang menjadi tempat lokalisasi dengan hiburan karaoke.

"Dulu itu remang-remang, rumah papan, gedheg (dinding bambu). Kemudian semakin lama ada pemukiman," katanya

"Di sini kerjanya karaoke pluplus," imbuh Kasmadi.

Seperti halnya lokalisasi Sunan Kuning, di Gambilangu juga ada upaya pengentasan dengan pelatihan keterampilan. Kasmadi menyebut ada beberapa keterampilan yang diajarkan oleh pemerintah.

"Ada pelatihan tata boga, salon, menjahit," ujarnya.(dtk)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: