DEMOKRASI.CO.ID - Tol Cikopo-Palimanan kini tak ada lagi 'DNA' Malaysia di dalamnya. PLUS Expressways International Berhad (PEIB), anak usaha UEM Group Berhad telah resmi menjual 55% sahamnya di PT Lintas Marga Sedaya (LMS).
Saham itu diambil sepenuhnya oleh ASTRA Infra melalui PT Baskhara Utama Sedaya (BUS) dengan menggandeng Canada Pension Plan Investment Board (CPPIB). Dengan begitu kini saham LMS seluruhnya dimiliki oleh ASTRA Infra 55% dan CPPIB 45%.
Rencana hengkangnya pihak Malaysia di LMS sendiri muncul sejak beberapa bulan yang lalu. Hal itu diungkapkan oleh Direktur PT Astra Tol Nusantara Kris Ade Sudiyono yanh menjelaskan bahwa UEM Group bakal melepas seluruh sahamnya di tol tersebut yang nantinya akan diambil alih oleh Astra Infra.
"Yang jelas kita memang sedang ada proses dengan existing shareholder which is UEM Group untuk melakukan diskusi transfer of share 55% sahamnya dia. (Targetnya) tahun ini," kata dia di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (29/10/2019) yang lalu.
Namun, saat itu dia menjelaskan bahwa Astra Infra akan menggandeng rekanan dalam rangka mengakuisisi 55% saham UEM di Tol Cipali.
Namun, saat itu dia menjelaskan bahwa Astra Infra akan menggandeng rekanan dalam rangka mengakuisisi 55% saham UEM di Tol Cipali.
Baca juga: Sejarah Malaysia Pernah Punya Saham di Tol Cipali
"Saat ini kan 45% (kepemilikan) di kita, 55 persennya UEM. UEM akan exit 100% ya kan. Kalau ditambah (ke Astra Infra) kan jadi 100%, cuma saya bersama dengan teman," ujarnya.
Diketahui, PEIB merupakan perusahaan Malaysia pertama yang memiliki tol di Indonesia. Saat dimulai proyek tol Cipaki pada 8 Desember 2011 PEIB kepemilikannya 55% sisanya dimiliki PT Baskhara Utama Sedaya (BUS) sebanyak 45% dengan hak konsesi 35 tahun.
BUS sendiri awalnya merupakan konsorsium yang terdiri dari PT Bukaka Teknik Utama dan PT Baskhara Lokabuana, dan PT Interra Indo Resources yang merupakan anak usaha PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) yang dimiliki Sandiaga Uno.
Tol Cipali pun akhirnya diresmikan pada 13 Juni 2015 lalu. Biaya yang dihabiskan untuk membangun tol ini mencapai Rp 13,7 triliun.
Lalu, pada 18 Januari 2017 Saratoga menjual saham BUS (45%) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Kemudian, saham tersebut dibeli oleh ASTRA Infra.(dtk)