DEMOKRASI.CO.ID - Indonesia kini tengah dihadapkan dengan persoalan ekonomi. Berdasarkan data badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2019 hanya berada di angka 5,02 persen, turun dari kuartal II.
Di tengah merosotnya ekonomi, Tanah Air justru seakan disibukkan dengan maraknya isu radikalisme.
Pemerintah dalam Kabinet Indonesia Maju yang diusung Presiden Joko Widodo dan KH Maruf Amin di periode 2019-2024 seakan lupa dengan isu besar yang bisa saja berdampak buruk bagi perekonomian Tanah Air, bahkan krisis ekonomi.
Fenomena ini pun turut menjadi kegelisahan ekonom senior yang juga pernah menjabat sebagai Menko Perekonomian, Rizal Ramli.
"Dengan hebohnya isu radikalisme, radikulisme & radikolisme, dan perkembangan ekonomi makro & mikro yang semakin mandek, kita jadi bertanya-tanya apakah ini ‘Kabinet Maju’ atau ‘Kabinet Atret (achterwaarts) - Mundur’?" tutur Rizal Ramli di akun Twitternya, Selasa (5/11).
Menurut RR, jauh-jauh hari Indonesia telah diprediksi tak akan mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh pemerintah, bahkan beberapa di antaranya memprediksi pertumbuhan tak lebih dari 5 persen. Namun belum ada langkah signifikan yang diambil pemerintah mengatasi masalah ini.
"Melansir konsensus Bloomberg, JPMorgan Chase memproyeksikan ekonomi Indonesia 2019 tumbuh 4,9%, sementara proyeksi Deutsche Bank level 4,8%," tandasn RR.(rmol)