logo
×

Rabu, 06 November 2019

Pengusaha Makin Ragu Berbisnis di RI, Apa Penyebabnya?

Pengusaha Makin Ragu Berbisnis di RI, Apa Penyebabnya?

DEMOKRASI.CO.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) kembali merilis Indeks Tendensi Bisnis (ITB). Secara umum laporan ini menunjukkan kondisi bisnis masih tumbuh namun tingkat kepercayaan pelaku usaha menurun.

Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara menyetujui data BPS itu. Menurut Bhima, ada beberapa faktor yang menyebabkan kepercayaan pelaku usaha menurun.

Faktor pertama yakni penghematan yang dilakukan masyarakat kelas menengah atas demi menghindari serangan resesi atau pun perlambatan ekonomi.

"Kalau kita lihat bisnis akan melambat. Jadi confidence, kepercayaannya akan melambat. Karena pertama ada faktor dari sisi konsumsi domestik itu memang melambat. Khususnya untuk kelas menengah atas, jadi mereka lebih banyak memprediksi resesi ekonomi akan datang, jadi mereka berhemat," kata Bhima kepada detikcom, Selasa (5/11/2019).

Menurutnya, penghematan tersebut menyebabkan penjualan di sektor manufaktur dan perdagangan menurun. Belum lagi faktor perlambatan ekonomi global, harga komoditas yang masih fluktuatif, dan gejolak geopolitik. Faktor-faktor tersebut yang menurutnya menyebabkan kepercayaan pelaku bisnis menurun.

"Hal ini berpengaruh juga kan terhadap penjualan di sektor manufaktur, sektor perdagangan. Jadi kapasitas industrinya sekarang sedang diturunkan. Nah ini yang membuat pertama tendensi bisnisnya turun, jadi ada faktor global, kekhawatiran resesi ekonomi global, kemudian harga komoditas yang masih rendah, gejolak geopolitik itu berpengaruh," terang Bhima.

Faktor lainnya yakni menurunnya investasi karena kapasitas tim ekonomi di Kabinet Indonesia Maju dinilai kurang untuk memberikan dampak positif ke iklim dunia usaha. Menurut Bhima, tim ekonomi dalam Kabinet Indonesia Maju masih banyak yang diisi oleh tokoh politik.

"Faktor lain sih kalau menurut saya ada di sektor investasi. Jadi banyak investor yang memang masih meragukan kapasitas dari Tim Ekonomi Pak Jokowi. Kemudian berikutnya lagi selain kapasitas Tim Ekonomi Pak Jokowi yang mungkin didominasi politik itu juga kurang bagus untuk iklim dunia usaha. Karena yang harusnya dibutuhkan untuk kali ini kan tim profesional," bebernya.

Terakhir, menurut Bhima regulasi di Indonesia masih harus diperbaiki untuk mendongkrak daya saing Indonesia terhadap persaingan global. Bhima menilai, reformasi perizinan maupun birokrasi di Indonesia masih jalan di tempat, sehingga daya saing Indonesia menurun.

"Hal lainnya yang menjadi penting itu memang dari sisi perbaikan daya saing sama Ease of Doing Business (EODB) kita itu kan justru menunjukkan penurunan. EODB-nya stagnan di angka 73, indeks daya saingnya justru turun dari 45 ke 50. Nah ini kan artinya kan reformasi perizinan, reformasi birokrasi ini jalan di tempat," tutur Bhima.

Sehingga, banyak negara yang menunda untuk ekspansi bisnisnya ke Indonesia atau pun merelokasi ke negara lain.

"Nah banyak yang memutuskan ya kalau nggak menunda untuk ekspansi di Indonesia, mereka relokasi. Cari negara lain yang ekosistem bisnisnya lebih bagus itu untuk sektor manufaktur. Itu mungkin yang membuat banyak pelaku bisnis mulai pesimis terhadap kondisi ekonomi sampai 2020-2021 ke depannya," pungkas Bhima.

Sebagai informasi, sebelumnya Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada triwulan III-2019 ITB sebesar 105,33. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan posisi triwulan II-2019 sebesar 108,81.

"Indeks Tendensi Bisnis masih bagus tapi tingkat optimismenya turun. Masih di atas 100, tapi optimismenya turun," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (5/11/2019).

ITB pada triwulan III-2019 dibentuk beberapa komponen seperti pendapatan usaha 106,92, penggunaan kapasitas produksi 107,56 dan rata-rata jumlah jam kerja dengan nilai 101,51.

ITB sendiri merupakan indikator perkembangan dunia usaha yang menggambarkan kondisi bisnis dan perekonomian. Surveinya dilakukan oleh BPS dan Bank Indonesia (BI).

BPS memperkirakan ITB pada triwulan IV-2019 akan kembali menurun ke posisi 104,79. Meski menurun angkanya masih di atas 100 yang menunjukkan masih adanya kepercayaan bisnis di Indonesia.[dtk]
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: