DEMOKRASI.CO.ID - Pengumuman kembalinya pemimpin oposisi Kamboja, Sam Rainsy membuat pemerintah mengerahkan pasukan dan mengadakan pelatihan menembak langsung.
Aksi ini merupakan bentuk kewaspadaan pemerintah atas berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi. Terlebih, pada Senin (4/11), Menteri Pertahanan Kamboja Tea Banh mengungkapkan kepada wartawan, "Kami menanggapi ini sebagai upaya kudeta"
Adapun menurut jurubicara pemerintah, pengerahan pasukan dan latihan ini dilakukan di perbatasan Thailand dan Kamboja. Demikian pernyataan yang dikutip dari Channel News Asia.
Sam Rainsy sendiri sejak 2015 meninggalkan Kamboja dan tinggal di Prancis untuk menghindari hukuman penjara atas tuduhan yang menurutnya bermotivasi politik. Pada saat itu, dia berjanji akan kembali di Hari Kemerdekaan Kamboja yang jatuh pada Sabtu (9/11) mendatang.
Rainsy bahkan pada Selasa (5/11) telah merilis video yang menyerukan agar Kamboja "bersatu untuk menghapus pengkhianat Hun Sen".
Hun Sen sendiri telah memerintah Kamboja dan menjadi pemimpin terkuat selama 34 tahun terakhir. Tahun lalu, partainya telah menyapu kursi di parlemen. Mahkamah Agung Kamboja pun membubarkan partai oposisi Penyelamatan Nasional Kamboja dan menangkap salah seorang pendirinya.(rmol)