DEMOKRASI.CO.ID - New York Times (NYT) melaporkan dokumen pemerintah China yang bocor. Di dalamnya merinci bagaimana tindakan keras yang dilakukan oleh pemerintah terhadap warga Uighur dan muslim lainnya di wilayah Xinjiang barat.
Dalam dokumen yang menurut NYT dibocorkan oleh seorang anggota partai politik China, terdapat serangkaian pidato internal Presiden China Xi Jinping kepada para pejabat yang menyerukan operasi penahanan di Xinjiang pada 2014.
"Perjuangan habis-habisan melawan terorisme, infiltrasi, dan separatisme mengggunakan organ kediktatoran, dan menunjukan tidak ada ampun sama sekali," ujar Xi dalam pidatonya seperti yang dimuat dalam dokumen tersebut.
Dilansir dari Al Jazeera, dalam dokumen setebal 403 halaman tersebut, operasi penahanan terhadap warga Uighur dilakukan setelah insiden penikaman oleh seorang pejuang Uighur di sebuah stasiun kereta api yang menewaskan 31 orang.
Xi yang takut dan khawatir akan semakin meningkatnya serangan teroris di negara-negara lain dan penarikan pasukan AS dari Afganistan, membuatnya memerintahkan para pejabat untuk mengawasi dan mengendalikan warga Uighur.
Menanggapi bocornya dokumen tersebut, surat kabar yang dikelola pemerintah China, Global Times pada Senin (18/11) mengungkapkan laporan tersebut tidak memliki moralitas dan justru menuduh Barat ingin melihat Xinjiang dilanda kekerasan dan kekacauan ekstrem.
Sementara itu, para pakar dan aktivis PBB mengungkapkan, sedikitnya satu juta warga Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya telah ditahan di kamp-kamp Xinjiang. Meski demikian, China membantah telah melakukan penganiayaan terhadap warga Uighur. [rm]