DEMOKRASI.CO.ID - Siapa yang tidak kenal Ustaz Abdul Somad (UAS)? Dai kondang yang selalu memberi inspirasi, bahkan tak kadang pula menjadi kontroversi. Namun, cara UAS memuliakan guru pantas menjadi teladan.
Saat berkunjung ke Pondok Pesantren Gontor Ponorogo, Jawa Timur, UAS memperlihatkan sekaligus mengajarkan bagaimana adab seorang murid atau orang yang lebih muda terhadap seorang guru. UAS mencium tangan dan mengambilkan minum KH Hasan Abdullah Sahal, pemimpin Pondok Pesantren Gontor.
Tak sampai di situ, saat mengisi tausiah di Gontor, UAS juga meminum bekas air minum KH Sahal. Mulanya ia mengambilkan minum, lalu setelah KH Sahal Minum, UAS langsung menyambar air tersebut. Hal serupa hendak dilakukan KH Sahal, tapi UAS buru-buru menjauhkan gelasnya.
Apa yang dilakukan UAS, mencium tangan dan mengambilkan minum bahkan minum sisa KH Sahal, tak sedikit pun meruntuhkan wibawanya.
UAS lalu menjelaskan, bahwa apa ia lakukan itu adalah sunnah karena memiliki dalil. Sebagimana sifat sunnah, maka UAS mengembalikan kepada diri masing-masing, apakah ingin melaksanakan atau tidak.
“Asma’ binti Abu Bakar menyimpan kirba (kulit kambing tempat minum Rasululllah). Setelah Rasul meninggal, kirba itu disimpan oleh Asma. Lalu kemudian kalau dia rindu kepada nabi, dia tuangkan air dan minum dari bekas mulut Nabi Muhammad,” kata UAS.
Dia lalu menjelaskan bahwa para ulama adalah pewaris nabi. Ini karena ilmu mereka memiliki sanad langsung kepada Rasulullah.
Dai asal Riau itu lalu menjelaskan bahwa KH Sahal adalah ulama yang pernah belajar di Madinah, Kota Nabi dan selalu salat di masjid di mana Rasulullah menunaikan ibadah utama itu. Ia bahkan berkelakar membandingkan dirinya dengan Pimpinan Gontor tersebut.
“Mereka minum air zam-zam, mereka salat di tempat salat nabi, mereka mengambil ziarah ke makam nabi. Abdul Somad ziara ke Firauan. Beliau minum air zam-zam, abdul Somad minum sungai Nil,” kelakar UAS.
UAS juga menjelaskan mengapa ia mau mencium tangan KH Sahal. Alasannya, Anas bin Malik, kata dia, pernah mengatakan bahwa tapak tangan nabi itu lebih harum dari semerbak kasturi dan lebih halus dari sutra yang paling mahal.
“Bagaimana Anas bin Malik bisa menceritakan itu kalau dia tidak pernah cium tangan Nabi?” ucapnya.
UAS mengaku sangat bahagia bisa bertabarruk dengan minum dan cium tangan KH Sahal. Ia lalu mengajak menghidupkan sunnah Nabi.
“Jadi kalau ada orang lihat, apa ini Abdul Somad salamnya kok tasyaddud gitu, saya ada dalilnya. Kalau tidak mau, tidak apa-apa, tapi tidak usah ejek-ejek saya,” tutup UAS disambut riuh jamaah yang hadir. [ns]