logo
×

Minggu, 24 November 2019

Mantan Karyawan Ungkap Perilaku Basuki Tjahaja Purnama Saat Jadi Bos Tambang Sebelum Jadi Politisi

Mantan Karyawan Ungkap Perilaku Basuki Tjahaja Purnama Saat Jadi Bos Tambang Sebelum Jadi Politisi

DEMOKRASI.CO.ID - Penunjukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi Komisaris PT Pertamina telah resmi di lakukan. Meski banyak yang meragukan kecakapan Ahok dalam memimpin perusahaan, namun ternyata mantan Gubernur DKI Jakarta itu punya pengalaman di perusahaan swasta, terutama di bidang tambang.

Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok resmi diumumkan sebagai Komisaris Utama (Komut) PT Pertamina.

Hal tersebut diungkapkan Menteri BUMN, Erick Thohir melalui wawancara yang dilakukan Kompas TV pada Jumat (22/11/201).

Dengan masuknya Ahok menjadi komut Pertamina, maka ia menggantikan posisi Tanri Abeng yang sebelumnya menjabat.

Tak sendiri, Ahok pun akan ditemani Budi Gunadi Sadikin yang akan menjadi Wakil Komisaris Utama Pertamina.

Setelah mengumumkan bahwa Ahok menjadi Komut PT Pertamina, ia juga menjelaskan bahwa Ahok akan segera mulai bekerja bahkan mulai hari ini (red-, jumat) atau paling cepat Senin depan.

"Kalau BTN kan rapat umum pemegang sahamnya nanti akhir bulan ini. Kalau Pertamina kan PT bukan Tbk, jadi bisa segera proses. Bisa hari ini atau senin," terang Erick Thohir.

Sebelum malang melintang di dunia politik, Ahok BTP juga pernah menekuni bisnis tambang di kampung halamannya.

Melansir artikel di ahok.org, seusai menamatkan kuliahnya di Fakultas Teknologi Mineral jurusan Teknik Geologi Universitas Trisakti, Ahok mendirikan perusahaan CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan PT Timah.

Menggeluti dunia kontraktor selama dua tahun, Basuki menyadari betul hal ini tidak akan mampu mewujudkan visi pembangunan yang ia miliki, karena untuk menjadi pengelolah mineral selain diperlukan modal (investor) juga dibutuhkan manajemen yang profesional.

Untuk itu Basuki memutuskan kuliah S-2 dan mengambil bidang manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta.

Mendapat gelar Master in Bussiness Administrasi (MBA) atau Magister Manajemen (MM) membawa Basuki diterima kerja di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta, yaitu perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek.

Karena ingin konsentrasi pekerjaan di Belitung, pada tahun 1995 Basuki memutuskan untuk berhenti bekerja dan pulang ke kampung halamannya.

Perlu diketahui, tahun 1992 Basuki mendirikan PT Nurindra Ekapersada sebagai persiapan membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS) pada tahun 1995.

Cerita Mantan Karyawan

Yuniar Yusuftak tahu dari mana pemuda itu tiba-tiba datang ke rumahnya lalu mengajaknya untuk terlibat di perusahaan pasir kuarsa. Seorang pemuda yang kemudian menjadi perhatian masyarakat Indonesia dengan sejumlah prestasi dan kontroversi yang dimilikinya. Pemuda itu bernama Basuki Tjahaya Purnama (BTP) yang tidak mau lagi dipanggil Ahok.

Manggar, Februari tahun 2001, Yuniar yang kala itu berprofesi sebagai perias pengantin berkenalan dengan BTP. Mantan suami Veronica Tan itu mendatangi Yuniar.

Yuniar tak tahu entah dari mana BTP tahu jika dia adalah lulusan STM Analis Kimia, Yogyakarta pada tahun 1970 silam.

BTP meminta bantuannya untuk terlibat di PT Nurindra Eka Persada (NEP), perusahaan yang bergerak di bidang pasir Kuarsa di Kabupaten Belitung Timur.

Yuniar menerima tawaran Ahok. Dalam kesehariannya sebagai karyawan dan bos, BTP memanggil Yuniar dengan sebutan Bu Yun.

Yuniar mengungkapkan jika PT NEP memproduksi berbagai ukuran pasir kuarsa.

Ia masih ingat, beberapa pelanggan perusahaan yang merupakan perusahaan kelas atas seperti California Texas (Caltex) yang beradai di Kota Dumai dan PT Pindad.

"Permintaan pasir kuarsa perbulan dari Caltex sekitar 500 Ton Perbulan," ujar Yuniar kepada bangkapos.com. Kamis (14/11/2019).

Yuniar mengatakan sedari dulu, BTP punya karakter yang tegas dan keras. Dalam setiap rapat, BTP selalu bicara ceplas-ceplos kalau memang pekerjaan tidak sesuai dengannya.

Suatu ketika, BTP pernah geram gara-gara produksi perusahaanya tak sesuai target yakni 500 ton.

"Soal kepimpinan orang ini adil, tapi namanya juga manusia ada kekurang dan kelebihan. Sebagai karyawan, cuman ya saat beliau marah, lontaran ceplos-ceplosnya kami maklum, karena saat itu masih muda, saya diam, kemudian keluar," ujar Bu Yun.

Ketika Yuniar keluar dari ruang rapat, BTP mengejarnya.

"Saat saya keluar ruang meeting langsung saya dikejar, dibilang Bu Yun marah ya?, Bu Yun tersinggung ya? Jangan gitu Bu Yun, Ibu Yun pun sudah ku anggap Mama aku sendiri, Bu Yun pun yang tua juga di sini, saya hanya diam, mulai dari situ lah sudah mulai ngerem-ngerem sedikit," kenang Yuniar.

Dia juga mengungkapkan BTP juga sebenarnya orang yang humoris.

Saat tiba dari Jakarta, BTP langsung ke parbik, membuka pintu Lab, dan langsung menyapanya.
"Ngape Bu Yun diam-diam, dak beduit ye kidang (untuk-red) nyekolahkan anak, ukan amun (misal-red) dak beduit nyebut benar-benar, nak berape Ikam kini ku tanda tangani ye, berikan ke kasir," tiru Bu Yun, saat kenang candaan Ahok kepadanya.

Menurut Yuniar itu tidak hanya dia, kepada karyawan lainnya pun demikian. Di mata karyawan, BTP sangat memberi perhatian, terutama soal pendidikan di masyarakat.

Yuniar mengungkapkan BTP pernah memerintahnya mencari 33 anak asuh.

"Dulu saya disuruh mencari anak-anak asuh, dia bilang, 'Bu Yun bagaimana kalau saya dicarikan anak asuh", kata Yuniar, menirukan kata-jata BTP waktu itu.

Menurut Yuniar  setiap bulan disalurkan saat itu sekitar Rp 100 ribu peranak, selain itu setiap pertengahan tahun Ahok juga memberikan sepatu, buku dan baju.

"Itu semua orang kantor yang koordinir, saya cuman carikan orangnya saja, selain itu ketika lebaran saya juga disuruh mencarikan ibu-ibu yang sudah menjanda yang ekonominya lemah, itu ide pribadi beliau," ujarnya.

Selain itu di Gunong Nayok, Desa Aik Kelik para karyawan dibangunkan rumah. Rumah itu seperti rumah layak huni yang pemerintah berikan saat ini.

"Itu untuk karyawan yang memang sudah ditinjau oleh beliau, yang dirasa sudah tidak layak, dibuatkan rumah olehnya," ujar Bu Yun.

Selain itu BTP juga memberikan karyawan senior yang berprestasi sebuah rumah.

Namun Kegiatan itu terputus saat Ahok mulai menjabat sebagai Bupati Belitung Timur.

Jas Pengantin Ahok dan Veronica Tan

Basuki Tjahaya Purnama dan Yuniar (Bangka Pos/ Suharli)

Yuniar mengaku bekerja selama 7 tahun kepada BTP.

BTP  yang mengetahui Bu Yun yang juga memiliki usaha rias pengantin memberikan satu setel jas lengkap dengan celana.

Jas itu pun disewakan kepada penganten yang menggunakan jasa rias Yuniar.

Di dalam jas itu tertulis nama mr, Basuki Juli '97. Jas itu yang sampai kini disimpan dengan rapi oleh Yuniar.

Yuniar mengungkapkan jika jas itu punya kenangan karena jas itulah yang dikenakan BTP saat menikahi Veronica Tan.

Saat itu ahok berpesan agar jas tersebut disimpan, siapa tahu suatau saat dapat dipergunakan untuk mencari tambahan uang.

"Mungkin saat itu untuk disewakan kepada pengatin, yang dirias di sini," ujar Yuniar.

Pada tahun 2007, Yuniar mengundurkan diri karena terpilih menjadi Kepala Desa Mengkubang.
"Saya mengundurkan diri pada 13 September 2007, saat itu pas saya dilantik menjadi Kepala Desa Mengkubang," ujar Yunair.

Ditanya terkait kabar BTP Akan di jadikan petinggi di BUMN, Yuniar pun sumringah.

"Untuk itu (jadi pejabat BUMN) saya rasa memang tepat, Beliaukan Insunyur Geologi, beliau juga sudah punya pengalaman, punya perusahan pasir kuarsa, sudah melanglang perusahaan-perusahaan, saat orang belum punya tambang-tambang karya beliau sudah ada, kalau soal tambang beliau sudah paham, itu sudah tepat" ujar Bu Yun sambil tersenyum.

Dia pun berharap agar BTP tetap menjaga emosi, seiring bertambah usia Bu Yun percaya Ahok kini lebih bisa mengontrol emosinya. [tnc]
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: