DEMOKRASI.CO.ID - Muadz Amarna adalah jurnalis foto. Senjatanya hanya kamera. Tetapi itu yang membuat gentar tentara Israel. Sehingga para prajuritnya dengan sengaja mengarahkan peluru ke mata kirinya. Mungkin penjajah Israel ingin memadamkan kebenaran, fakta kejahatan brutal yang dilakukan penjajah Israel terhadap rakyat Palestina.
Saat itu Muadz membidikkan lensa kemeranya untuk menangkap adegan serangan brutal yang dilakukan pasukan penjajah Israel terhadap warga Palestina di kota Surif, yang terletak di barat laut Hebron pada hari Jumat (15/11/2019) lalu. Kala itu warga keluar dalam aksi damai untuk mempertahankan tanah kota tersebut dari upaya penjajah Israel yang ingin merebut tanah kota. Saat itulah salah seorang serdadu penjajah Israel mengejutkan Muadz dengan mengarahkan tembakan kepadanya sehingga pecahan peluru bersarang di mata kirinya.
Dia dibawa ke rumah sakit dengan pakaian pers yang dia kenakan. Dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi berlumuran darah. Setelah dilakukan pemeriksaan medis, diketahui bahwa dia harus kehilangan mata kirinya untuk selamanya. Para dokter mengatakan bahwa pecahan peluru telah bersarang di mata kirinya berjarak 3 mm dari otak dan bila dilakukan pembersihan akan berdampak langsung pada mata yang satunya.
Muadz Amarna, jurnalis foto berusia 32 ini berasal dari kamp pengungsi Dheisheh, yang terletak di selatan Betlehem, wilayah selatan Tepi Barat. Dia bekerja untuk sejumlah media lokal. Dia adalah orang pertama yang mendokumentasikan pembunuhan berdarah dingin yang dilakukan para serdadu penjajah Israel terhadap pemuda Palestina Omar Badawi di Hebron, beberapa hari yang lalu.
“Sebelum konfrontasi dimulai dan ketika kami menuju Surif, tentara penjajah Israel menghentikan saya, melecehkan dan memprovokasi saya. Mereka menahan kendaraan saya beberapa saat sebelum mereka mengembalikannya kepada saya. Meskipun kartu pers saya tunjukkan kepada mereka, akan tetapi mereka tidak peduli. Mereka sengaja memperlambat saya untuk sampai ke lokasi aksi,” kata Mu’adz Amarna.
Menurut kesaksian para wartawan yang berada di lapangan pada saat kejadian, ketika serdadu penjajah Israel menembak Muadz, salah seorang rekan jurnalis, Raed Syarif mengatakan, “Saat itu saya dekat dengan Amarna, untuk meliput konfrontasi yang terjadi di daerah Qurainat dari wilayah Surif. Saya melihat seorang penembak jitu di lapangan. Posisi kami jauh dari lokasi konfrontasi, Tiba-tiba saya mendengar suara Muadz berteriak bahwa dia terluka. Wajahnya berlumuran darah.”
Para aktivis dan jurnalis, baik dai Palestina maupun Arab, meluncurkan kampanye di dunia maya dan dunia nyata, untuk mendukung dan memberikan solidaritas bagi jurnalis Palestina Muadz Amarna, setelah dia kehilangan matanya, karena ditembak oleh sniper penjajah Israel.
Para peserta kampanye di situs jejaring sosial dengan mempos berbagai konten, sebagaimana dipantau oleh Al-Markaz Al-Filistini Lil I’lam (The Palestinian Information Center), yang memuat foto-foto mereka sedang menutup salah salah satu mata mereka dengan tangan, atau dengan perban putih, seperti yang terlihat pada kondisi jurnalis Amarna.
Para wartawan mengatakan, kampanye ini mempublikasikan pesan-pesan dalam beberapa bahasa, yang bertujuan untuk mengungkap dan mengekspos kebijakan penjajah Israel tindakan jahat mereka di depan opini publik lokal dan internasional, terutama tindakan-tindakan brutal yang dilakukan penjajah Israel terhadap para jurnalis dan stasiun-stasiun media Palestina.
Dalam sebuah pernyataannya, Sindikat Jurnalis Palestina mengutuk serangan yang dilakukan penjajah Israel pada jurnalis foto Amarna. Sindikat menegaskan bahwa pihaknya terus memantau kasus ini bersama dengan Persatuan Jurnalis Arab dan Internasional untuk mendesak mereka agar mengeluarkan sikap terhadap kejahatan yang dilakukan penjajah Israel, yang menarget para jurnalis Palestina. [soa]