logo
×

Selasa, 26 November 2019

Inilah Pejabat China, Otak di Balik Penahanan Jutaan Muslim di Uighur

Inilah Pejabat China, Otak di Balik Penahanan Jutaan Muslim di Uighur

DEMOKRASI.CO.ID - Sosok seorang pejabat China yang menjadi otak atau perencana penahanan jutaan Muslim Uighur dan etnik Muslim lainnya di beberapa kamp terungkap melalui sejumlah dokumen rahasia. Dia Zhu Hailun, seorang pejabat Han yang fasih berbahasa Uighur—bahasa minoritas Muslim Turki setempat—sebagai otak di balik layar seperti dilaporkan Associated Press.

Sebagai informasi, Zhu, yang saat itu menjabat Ketua Komisi Urusan Politik dan Hukum Partai Komunis di wilayah Xinjiang, menandatangani dokumen yang diterbitkan pada tahun 2017. Seorang ahli bahasa Uighur mengenali tanda tangan Zhu yang ditulis di atas beberapa dokumen dari masa kerjanya sebagai penerjemah di Kashgar, ketika Zhu menjadi pejabat tinggi kota.

"Ketika saya melihatnya saya tahu itu penting. Dia pria yang ingin mengendalikan kekuasaan di tangannya. Segala sesuatu," ungkap ahli bahasa, Abduweli Ayup, yang sekarang tinggal di pengasingan.

Ayup dilaporkan bertemu Zhu pada tahun 1998, ketika ia datang untuk memeriksa kotanya.

Zhu dikenal karena kerap memerintahkan penggerebekan rumah-rumah warga Uighur pada pukul 03.00 pagi. Di kota itu, para petani kerap menyanyikan lagu rakyat populer "Zhu Hailun akan datang" untuk mengolok-olok sifat keras pejabat tersebut.

“Dia memberi perintah seolah petani adalah prajurit. Kita semua adalah tentaranya. Orang China Han menguasai tanah air kita. Kami tahu kami harus tetap di tempat kami," jelas Ayup.

Zhu lahir pada tahun 1958 di pedesaan Jiangsu di pantai China. Di masa remajanya, selama Revolusi Kebudayaan China, Zhu dikirim ke daerah Kargilik, jauh di jantung Uighur di Xinjiang— dan tidak pernah pergi.

Zhu dilaporkan bergabung dengan Partai Komunis pada tahun 1980 dan naik jadi pejabat birokrasi Xinjiang, yang bertanggung jawab atas kota-kota "titik panas". Menjelang tahun 1990-an, ia sangat fasih berbahasa Uighur, sehingga ia mengoreksi penerjemahnya sendiri selama ada pertemuan.

"Jika Anda tidak melihatnya, Anda tidak akan pernah membayangkan dia (orang) Han China. Ketika dia berbicara bahasa Uighur, dia benar-benar berbicara seperti orang Uighur, sejak dia tumbuh bersama mereka," ucap seorang pengusaha Uighur yang tinggal di pengasingan di Turki, yang menolak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan, kepada The Associated Press, yang dilansir Senin (25/11/2019).

Pengusaha itu mengatakan dia pertama kali mendengar sosok Zhu dari seorang teman Uighur yang berurusan dengan pejabat itu saat melakukan bisnis. Temannya terkesan, menggambarkan Zhu sebagai sosok yang "sangat mampu"—seorang birokrat Han China, yang dengannya Uighur dapat bekerja.

Tetapi, setelah bertahun-tahun mengamati Zhu mengawasi penumpasan dan penangkapan, pengusaha itu mengaku membuat kesimpulan yang berbeda.

"Dia rubah yang licik. Jenis yang sangat licik, jenis yang bermain dengan otak Anda. Dia adalah karakter kunci untuk kebijakan Partai Komunis untuk mengendalikan Xinjiang Selatan," katanya.

Polisi China telah mensterilkan lingkungan Uighur, mengacungkan senapan dan mengumpulkan ratusan warga Uighur untuk diadili. Puluhan ribu kamera pengintai juga dipasang.

Diangkat sebagai kepala aparat keamanan dan hukum wilayah tersebut pada tahun 2016, Zhu meletakkan dasar bagi sistem pengawasan negara yang serba bisa, yang secara otomatis dapat mengidentifikasi target penangkapan. Dia menyilangkan wilayah untuk memeriksa pusat-pusat interniran, kantor polisi, pos pemeriksaan dan komponen lain dari aparat pengawasan dan penahanan yang muncul.

Stasiun televisi pemerintah pernah menayangkan Zhu melanjutkan tur tanpa henti ke kamp, ​​pos pemeriksaan, dan kantor polisi Xinjiang, yang secara pribadi membimbing kampanye penahanan massal.

Zhu mengundurkan diri tahun lalu setelah menginjak usia 60 tahun. Dia tidak menanggapi permintaan komentar yang berulang kali diajukan AP. [mc]
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: