DEMOKRASI.CO.ID - Insiden memilukan terjadi di UPT SDN Gentong, Kota Pasuruan, kemarin (5/11). Di tengah kegiatan belajar-mengajar, atap empat ruang kelas mendadak runtuh. Puluhan siswa tertimpa atap yang terbuat dari besi galvalum dan asbes itu. Dua nyawa melayang.
Empat ruang kelas yang atapnya ambruk tersebut adalah kelas II-B, II-A, V-B, dan V-A. Keempatnya berada di satu lokal. Terletak di bagian depan sekolah, berjejer dari selatan ke utara. Posisi lokal ruangan menghadap ke barat atau Jalan Raya KH Sepuh.
Korban tewas adalah Sevina Arsy Wijaya, 19, pegawai tidak tetap (PTT) di sekolah tersebut. Warga Jalan Slamet Riyadi, Kota Pasuruan, itu mengalami pendarahan otak setelah kepalanya tertimpa batu bata yang berjatuhan bersamaan dengan ambrolnya atap kelas. Korban lain bernama Irza Almira, 8, warga Kelurahan Gentong, Kecamatan Gadingrejo. Gadis kecil itu meninggal setelah tertimpa galvalum dan asbes. Dia mengalami pendarahan di belakang kepala dan memar di wajah.
Sebanyak 14 anak juga mengalami luka-luka. Berdasar informasi pihak RSUD dr R. Soedarsono Kota Pasuruan, yang mengalami luka-luka adalah para siswa. Yakni, M. Zidan Izzulhaq, 8; Alysa, 7; Aisya, 7; Siti Rohmania, 8; Ahmad Gerhana Putra, 8; Mukhamad Putra, 8; AD, 8; Nada Fathiya, 8; Kina, 8; Akbar, 8; dan Zahra Salsabila, 9. Mereka merupakan siswa kelas II-B dan II-A. Tiga korban lain adalah siswa kelas V-A. Yakni, Abdul Mukti, 11; Wildamul F., 11; dan Dina Hilda Andin, 10.
Menurut penelusuran Jawa Pos Radar Bromo, peristiwa memilukan itu terjadi pada pukul 08.15. Saat itu para siswa mengikuti kegiatan seperti biasa. Mereka masuk kelas pukul 07.00. Siswa kelas II-B dan II-A mendapat pelajaran matematika. Siswa kelas V-A dan V-B mengikuti pelajaran olahraga di halaman sekolah. Ada tiga siswa kelas V-A yang tidak ikut olahraga. Mereka tetap berada di kelas dengan didampingi Sevina Arsy Wijaya, PTT yang merupakan pegawai perpustakaan sekolah.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawangsa saat menjenguk Abdul Mufti, salah satu murid kelas V SDN Gentong, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan. Abdul Muftimenjadi korban ambruknya atap empat ruang kelas di sekolah tersebut, Selasa (5/11/2019). (Foto: Zubaidillah/Jawa Pos Radar Bromo) |
Sekitar pukul 07.30, seorang pembantu pelaksana bernama Budi Santoso naik ke atap ruang kelas V-B. Dia memotong ranting-ranting pohon cemara yang menimpa genting ruang kelas. Budi lantas membersihkan potongan ranting itu dengan menggunakan sapu. Saat menyapu, dia bergerak dari atap ruang kelas V-B di sisi utara ke selatan menuju atap ruang kelas V-A. Tiba-tiba dia merasakan atap yang dipijaknya bergetar. Tak lama kemudian, atap itu ambruk. Budi terjerembap ke lantai kelas V-B. Jempol kaki kanan dan betis kirinya cedera.
Insiden tersebut berimbas ke ruang kelas V-B dan V-A. Atap di dua ruangan itu ikut runtuh. Total ada empat ruangan yang atapnya runtuh. Tembok di empat sisi ruangan juga retak.
Suara besi dan material atap yang berjatuhan mengagetkan seluruh penghuni sekolah. Para guru dan siswa yang berada di ruangan lain berhamburan untuk melihat empat ruang kelas yang atapnya ambruk. Dalam sekejap, suasana sekolah berubah mencekam. Tangis dan teriakan histeris terdengar dari reruntuhan. Atap dan besi galvalum yang ambruk itu menimpa puluhan siswa yang berada di bawahnya. Sebanyak 14 siswa terluka. Satu siswa dan satu PTT meninggal dunia. Siswa yang luka-luka dibawa ke RSUD dr R. Soedarsono Kota Pasuruan. Begitu juga korban meninggal dunia, Irza Almira. Sementara itu, PTT yang meninggal dunia, Sevina Arsy Wijaya, dilarikan ke RS Graha Medika Pasuruan.
Saat dikonfirmasi wartawan, Budi menjelaskan bahwa dirinya memotong ranting cemara atas permintaan dinas pendidikan dan kebudayaan. ’’Pekan lalu ada pejabat dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan yang meminta agar ranting pohon cemara dipotong. Sebab, ranting itu menimpa genting kelas V. Nah, waktu saya menyapu, tiba-tiba atap ambruk,” jelas Budi. Hingga kemarin, belum jelas penyebab konstruksi atap tersebut rapuh.
Humas RSUD dr R. Soedarsono Kota Pasuruan dr Dya Luciana mengungkapkan, ada 15 korban yang dilarikan ke rumah sakit. Satu korban meninggal dibawa ke ruang pemulasaraan dan 14 korban lain dibawa ke instalasi gawat darurat (IGD).
Setelah dirawat selama beberapa saat, sembilan korban diperbolehkan pulang. Sementara itu, lima korban lain harus menjalani rawat inap. ’’Korban AM (Abdul Mukti, Red) menjalani harus operasi karena patah tulang paha. Lalu, DH (Dina Hilda Andin, Red) juga menjalani operasi karena jari kaki kanan patah. Sisanya, tiga anak, mengalami pendarahan di bagian kepala sehingga harus dirawat inap,” terang Luci, sapaan akrabnya.
Penjelasan Pemkot Pasuruan
Pemkot Pasuruan mengklaim bahwa bangunan atap ruang kelas di UPT SDN Gentong masih layak sebelum ambruk. Karena itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) Kota Pasuruan mengaku kaget mengetahui atap empat ruang kelas tersebut ambrol.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas P dan K Kota Pasuruan Siti Zunniati mengungkapkan, dinasnya tidak mengalokasikan anggaran renovasi bagi UPT SDN Gentong tahun ini. Sebab, berdasar pemetaan yang dilakukan pemkot pada akhir 2018, kondisi bangunan itu dinilai masih bagus.
Zunniati menyebutkan, ruang kelas II-B, II-A, V-B, dan V-A dibangun di atas tahun 2010. Namun, atap empat ruangan itu baru dan direhabilitasi pada 2012. Namun, menurut pihak sekolah, rehabilitasi dilakukan pada 2017.
Rehab tersebut dilakukan karena kondisi atap saat itu memang butuh pembenahan.
Renovasi dilakukan dengan menggunakan dana alokasi khusus (DAK) Rp 256.765.000 melalui sistem lelang. Sebelum direnovasi, atap menggunakan bahan kayu. Setelah renovasi, konstruksi atap diganti galvalum. ”Kalau pelaksana proyeknya kami masih telusuri. Cuma, yang jelas digarap melalui DAK pada 2012,” ungkapnya.
Zun –sapaan akrab Siti Zunniati– menjelaskan, pihak sekolah memang tidak mengajukan renovasi bangunan untuk tahun ini. Dia mengatakan, dinas P dan K belum mengetahui penyebab pasti ambruknya atap empat ruang kelas itu. Saat ini instansinya bersama instansi terkait masih menginventarisasi angka kerugian.
”Penyebab utama masih ditelusuri. Angka kerugian juga belum bisa dipastikan. Cuma, memang terakhir renovasi ya empat ruangan yang ambruk ini pada 2012. Kondisinya ya masih sangat layak,” sebutnya.
Zun menambahkan, insiden tersebut menjadi kabar duka bagi Kota Pasuruan. Karena itu, pemkot meliburkan seluruh siswa dan guru sampai Sabtu (9/11). ”Bukan hanya orang tua siswa yang berduka. Seluruh masyarakat Kota Pasuruan juga berduka. Karena itu, kami memutuskan untuk meliburkan sekolah. Paling tidak, agar kondisi psikis korban pulih terlebih dahulu,” jelas dia.
Sekretaris Daerah Kota Pasuruan Bahrul Ulum menerangkan, siswa yang menempati empat ruang kelas yang ambruk direlokasi ke sekolah terdekat untuk sementara. Jika opsi tersebut tidak memungkinkan, kegiatan belajar-mengajar tetap dilaksanakan di SDN setempat. Namun, diberlakukan sistem sif pagi dan siang.[jpc]