logo
×

Senin, 25 November 2019

Fahri Hamzah Kecewa Guru SD-nya Nikah dengan Polisi

Fahri Hamzah Kecewa Guru SD-nya Nikah dengan Polisi

DEMOKRASI.CO.ID - Hari Guru yang diperingati tiap tanggal 25 November menyimpan cerita ‘kehilangan’ bagi sosok Fahri Hamzah. Mantan Wakil Ketua DPR itu mengaku sedih saat menyambut hari guru. Namun, anehnya ia mengaku tak mengetahui penyebab kesedihan tersebut.

Wakil Ketua Partai Gelora itu lalu bercerita saat ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Ia mengaku ‘jatuh cinta’ kepada salah satu gurunya. Dengan sistem wali kelas, ibu adalah guru yang penuh pesona, cerdas, cantik, baik, dan hangat.

“Aku memang senang, membuatku bergairah pergi sekolah. Saking cintanya, aku kecewa karena ia menikah dengan seorang polisi,” kata Fahri melalui laman resminya sambil menyertai tegar #HariGuru.

Namanya Ibu Rahma, kata Fahri. Sang guru itu seperti mengerti semua ilmu. Mulai dari pelajaran agama, PMP, kesenian, bahasa, dan semua mata pelajaran.

“Itu membuatnya sempurna di mataku. Dia juga mengajar olah raga dan tata cara sholat yang benar. Beliau mengisi hati anak kecil sepertiku,” ucap dia.

Fahri lalu melayangkan kritik sosial mengenai kondisi guru di Indonesia saat ini. Ia bahkan menyandingkan kondisi guru dengan sekolah Muhammadiyah yang dilukiskan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

Fahri melihat banyak keprihatinan. Guru-guru mengabdi tanpa imbalan memadai. Namun, itu membuatnya indah, mereka hadir di depan kelas dengan penuh ketulusan hati. Niatnya memang mengabdi di masa itu.

“Yang terasa sampai hari ini dan sampai kapanpun adalah rasa hati, membekas padaku adalah kebaikan hati guru-guruku yang aku tak mengerti cara membayarnya. Suatu hari, aku pulang kampung dan menemui mereka; hidup dan keterbatasannya masih sama, senyumnya masih sama,” kata Fahri mengenang.

Fahri lalu mengaku ingin mengungkap apa yang telah hilang. Dunia berubah. Teknologi mengubah suasana. Bahkan teknologi menghapus jarak dan kerinduan juga banyak menghapus kesetiaan.

“Kita terus menantikan guru bagi masa depan kita. Guru menjadi penawar luka dan kegalauan,” ucap dia. Fahri mempertanyakan apakah guru masih ada ketika mesin-mesin pendidikan mulai bekerja?

“Inilah pertanyaannya. Ketika kita mengucapkan selamat Hari Guru Nasional maka kepada siapakah kita mengucapkan kata? Tapi aku merasa kehilangan..Meski aku mengucap selamat. Selamat #HariGuru ku sayang,” ujar dia. [ns]
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: