DEMOKRASI.CO.ID - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berkomentar soal kisruh hubungan kerja sama maskapai pelat perah, Garuda Indonesia Group dengan Sriwijaya Air. Sriwijaya Air diketahui telah resmi melayangkan nota pengakhiran kerja sama dengan Garuda Indonesia pada Jumat kemarin.
Bagi Erick, keputusan Sriwijaya Air untuk mengakhiri kerja sama dengan Garuda Indonesia adalah keputusan yang bagus bagi industri penerbangan.
"Ya Alhamdulillah. Kan bagus dengan industri penerbangan yang tidak oligopoli. Adanya persaingan, bagus," kata Erick di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 11 November 2019 dilansir dari VIVAnews.
Ia mengatakan, kalau Sriwijaya Air ingin berdiri sendiri, Garuda Indonesia juga merasa lebih senang. Maskapai pelat merah ini dinilai juga masih punya banyak anak usaha yang perlu diperhatikan.
"Garuda juga ada anak perusahaan, Citilink yang harus diperhatikan. Saya rasa itu harus kita hormati ya," kata dia.
Ke depannya, lanjut Erick yang terpenting adalah bagaimana menyelesaikan masalah utang Sriwijaya kepada sejumlah BUMN. Saat ini, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sedang melakukan audit kerja sama Sriwijaya Air dengan sejumlah BUMN.
"Kan mereka harus selesaikan gimana utangnya," ujar dia
Sriwijaya diketahui memiliki sejumlah utang kepada perusahaan BUMN, mulai dari GMF, Pertamina, Gapura Angkasa hingga BNI. Namun, Erick mengaku belum mengetahui kapan tenggat waktu terakhir Sriwijaya harus menyelesaikan utangnya tersebut.
"Enggak (tahu), saya belum duduk sama BPKP," tuturnya.[vv]