DEMOKRASI.CO.ID - Media investigasi asal Amerika Serikat, The New York Times, melaporkan pabrik tahu di Indonesia menggunakan limbah plastik dari Amerika Serikat.
Laporan New York Times 14 November menyorot pabrik tahu di Tropodo, Jawa Timur. 30 lebih pabrik tahu membakar limbah plastik yang diimpor dari Amerika Serikat.
Asap dan abu yang dihasilkan oleh plastik yang terbakar memiliki dampak yang jauh dan beracun.
Pengujian telur yang dilakukan terhadap ayam di Desa Tropodo, sebuah desa berpenduduk 5.000 orang, menemukan sejumlah besar bahan kimia berbahaya termasuk dioksin, yakni polutan yang diketahui menyebabkan kanker, cacat lahir dan penyakit Parkinson menurut sebuah laporan yang dirilis minggu ini oleh aliansi kelompok lingkungan Indonesia dan internasional.
"Mereka mulai membakar pagi-pagi dan pergi sampai malam," kata Karnawi, 84 tahun, yang tinggal di dekat tujuh pabrik tahu yang membakar limbah plastik. "Itu terjadi setiap hari dan asap selalu mengepul. Saya sendiri sulit bernafas."
Telur dari salah satu ayam Karnawi memiliki tingkat dioksin tertinggi yang pernah dicatat di Asia, menurut laporan gabungan Ecoton dan Nexus3 Foundation, yang berbasis di Indonesia; Arnika, berbasis di Praha; dan International Pollutants Elimination Network atau IPEN, sebuah jaringan global yang bertujuan untuk menghilangkan polutan beracun.
Seorang dewasa yang makan hanya satu telur seperti yang diambil dari kandang ayam Karnawi akan melebihi ambang batas keamanan harian Amerika Serikat hampir 25 kali lipat dan standar BPOM Eropa yang lebih ketat sebesar 70 kali lipat.
Telur biasanya digunakan untuk menguji kontaminasi karena ayam secara efektif mengais tanah ketika mereka mencari makan dan racun menumpuk di telur mereka.
Laporan, yang dikutip dari situs IPEN, menyebut dioksin terkait dengan berbagai penyakit serius pada manusia, termasuk kardiovaskular, kanker, diabeter, dan ednometriosis.
Racun yang ditemukan di tanah Tropodo berawal dari limbah yang sudah didaur ulang di Barat. Sebagian besar limbah itu dikirim ke luar negeri, termasuk ke Indonesia, di mana limbah tersebut dikombinasikan dengan limbah lokal untuk diproses.
Tetapi alih-alih diubah menjadi barang konsumen baru seperti jaket bulu dan sepatu kets, sebagian besar limbah tidak dapat digunakan untuk didaur ulang dan malah dibuang ke tungku yang menjadi bahan bakar pabrik tahu Tropodo.
"Ini adalah plastik yang dikumpulkan dari konsumen di Amerika Serikat dan negara-negara lain dan dibakar untuk membuat tahu di Indonesia," kata Yuyun Ismawati, salah satu pendiri Nexus3 Foundation dan penulis studi.
Jumlah sampah asing yang masuk ke Indonesia melonjak dua tahun lalu setelah Cina menghentikan impor sampah.
Di Jawa Timur, 11 pabrik kertas beroperasi di selatan Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dan mengimpor kertas limbah untuk didaur ulang.
Beberapa penadah limbah asing yang tidak bertanggung jawab membuang plastik yang tidak diinginkan di negara berkembang dengan memasukkan sebanyak 50 persen plastik dalam pengiriman kertas yang seharusnya, kata Yuyun. Perusahaan lokal mendapat untung dengan menerima pengiriman.
Sebagian besar plastik itu tidak diinginkan, bahan bermutu rendah dan Indonesia tidak memiliki cara yang baik untuk membuangnya.
Setelah membuang bahan-bahan terbaik untuk didaur ulang, sebagian besar perusahaan mengirimkan sisa limbah mereka ke Bangun, sebuah desa pemulung yang mencari barang-barang bernilai dan bahan-bahan yang layak didaur ulang.
Di Bangun, tumpukan sampah, setinggi hampir 5 meter, mengisi setiap lahan kosong. Sekitar 2.400 orang tinggal di desa dan hampir setiap keluarga terlibat dalam bisnis limbah.
Para pemulung mengatakan beberapa pengiriman telah datang dari Amerika Serikat dari barang-barang yang mereka sortir. Pemulung mengatakan mereka kadang-kadang menemukan dolar Amerika yang terbuang secara tidak sengaja dan botol-botol minuman keras yang pecah dengan label khas Amerika, seperti Jack Daniels.
Perhentian terakhir untuk limbah sampah yang paling tidak diinginkan adalah Tropodo dan pembuat tahu.
Setiap hari, truk membawa sisa-sisa kertas dan plastik 32 kilometer melalui jalan darat dari Desa Bangun ke Desa Tropodo dan meninggalkan muatan mereka di luar dapur tahu.
"Orang-orang membutuhkannya sebagai bahan bakar untuk pabrik tahu," kata seorang sopir truk, Fadil, 38 tahun, ketika ia membuang muatannya di jalan desa. Dia mengatakan telah mengirimkan limbah kertas dan plastik ke pembuat tahu desa selama 20 tahun.
Pembakaran terbuka sampah, termasuk limbah plastik, tersebar luas di seluruh Indonesia dan meski praktik ini ilegal tetapi hukum jarang ditegakkan. [tpc]