OLEH: ZENG WEI JIAN
ENEMY images" merupakan instrumen penting dalam "political propaganda" dan "psychological warfare". Media pers dan jurnalis berperan sebagai produsernya.
Pak Harto, Gus Dur, Ibu Megawati dan Prabowo-Sandi tumbang karena oposisi media yang berpihak.
Printing pers mendominasi dari Tahun 1605. Setelah Johann Carolus menerbitkan koran pertama "Relation aller Fürnemmen und gedenckwürdigen Historien" di Kota Strasbourg.
Media cetak terpukul dengan penemuan televisi, radio dan microform analog photographs. Semakin rusak dengan kedatangan era metal-oxide-semiconductor field-effect transistor, digital, internet dan microelectronic.
Konfigurasi geopolitik berubah pasca MRT Summit. Tempo sebagai leading liberal media menyerang Jokowi dan buzzernya.
Tactical attack Tempo mengambil bentuk "entertainment techniques to shape a political narrative that was presented as unbiased news" i.g. Pinokio sebagai background figur Jokowi.
Tempo punya dua obyektif, menolak pasal-pasal konservatis dan membela rezim KPK lama Abraham Samad.
Tidak gubris asas "Fair & balanced broadcasting", Tempo berselancar di atas gelombang aksi massa mahasiswa konservatis yang tolak pasal-pasal liberal seperti "freesex", aborsi dan perkosaan istri.
Pemerintah bisa bargain dengan meloloskan pasal-pasal liberal dan tetap memberlakukan revisi UU KPK.
Publik mesti tau; gelombang aksi mahasiswa di berbagai kota ada penggeraknya. The Dark Syndicate memberi warning kepada Jokowi dan poros Mega-Prabowo.
Pesannya; mereka masih ada dan sanggup rilis deadly sudden attack. Without warning.
Selain kirim pesan, mereka ingin melihat soliditas dan dimana posisi TNI-Polri. Puji Tuhan, TNI-Polri tegak lurus dengan politik negara. Nggak juga bisa diadu-domba.
Sikap tegak lurus TNI-Polri menyurutkan nyali The Dark Syndicate. Hanya Tempo yang masih nyerang ugal-ugalan.
Tempo lupa sekarang eranya voice, image, sound and data are digitalized. Setiap orang adalah jurnalis. Media old school macam Tempo nggak bisa lagi menjadi otoritas tunggal informasi.
Presiden terpilih Jokowi semestinya segera wrap up the deal dengan koalisi tiga partai terkuat; PDIP-Golkar-Gerindra. Do not waste time. Tentukan lawan. Jangan buka ruang momentum.
Bagi Tempo, saya hanya mau bilang; Bertaubatlah...!!
Kembali pada etika jurnalisme. Jangan beri ruang bagi paradigma: where “bias” was an appropriate journalistic value, one that could work in tandem with objectivity.
Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)