DEMOKRASI.CO.ID - Kehadiran buzzer Jokowi, Ninoy Karundeng di tengah-tengah bentrokan antara massa aksi unjuk rasa dengan aparat kepolisian dipertanyakan oleh DPP Persaudaraan Alumni (PA) 212.
Ketua Umum DPP PA 212, Ustaz Slamet Maarif mengaku merasa heran dengan tudingan bahwa Ninoy menjadi korban persekusi hingga menjadi korban penculikan. Padahal kata Slamet, cerita Ninoy tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
"Berdasarkan keterangan Ninoy, dan berdasarkan apa yang kita lihat di youtube di video-video, aneh kalau merasa diculik kemudian di persekusi, karena pulangnya pun diantar bersalaman, cium tangan kemudian dikasih makan bisa tiduran, justru yang aneh itu tidak ada asap kalau tidak ada api," ucap Ustaz Slamet Maarif kepada wartawan di Kantor Sekretariat DPP PA 212 di Jalan Condet Raya, Jakarta Timur, Rabu (9/10).
Karena kata Slamet, seharusnya aparat kepolisian terlebih dahulu memeriksa Ninoy berkaitan kehadirannya di tengah-tengah massa aksi yang sedang mengkritisi pemerintah.
"Mestinya yang disidik pertama, yang diperiksa pertama kali, diungkap pertama kali, kenapa Ninoy ada ditempat itu?, kenapa Ninoy ada di kerumunan massa?," tegas Slamet.
Apalagi kata Slamet, Ninoy merupakan salah satu relawan Jokowi. Sehingga, kehadirannya pun turut dipertanyakan.
"Padahal disitu tuh sudah jelas tempat berlindungnya, tempat berlarinya tempat berkumpulnya kawan-kawan, adik-adik mahasiswa dan pelajar yang sedang berbeda pandangan dengan pemerintah. Sementara Ninoy sama-sama kita ketahui salah satu diduga buzzernya dari tim sebelah," ungkapnya.
Sehingga, Slamet mengaku heran terhadap aparat kepolisian yang lebih mengutamakan menangkap para pelaku yang diduga melakukan intimidasi maupun pengeroyokan terhadap Ninoy yang belum diketahui kebenarannya.
"Kan jadi aneh, mestinya diungkap dulu. Jadi jangan cuma ngomongin asap tapi apinya lupa. Bahkan dalam pikiran saya, saya gak bisa bayangin kalau anak-anak pelajar, rakyat ketika itu tidak bisa menjaga emosinya saya gak bisa bayangin kaya apa Ninoy jadinya," katanya.
Bahkan, Slamet pun mewajarkan tindakan massa aksi yang tidak diketahui identitasnya yang mengeroyok Ninoy sebelum tiba di Masjid Al-Falah karena emosi kehadiran Ninoy yang diketahui sebagai relawan dari penguasa.
"Bandingkan saja dengan video yang kita lihat salah seorang mahasiswa yang masuk kemudian di lingkungan tersebut banyak kepolisian, kita lihat dipukul sana sini dikejar, padahal polisi mengerti hukum. Penegak hukum yang terdidik ngerti hukum kita lihat kondisinya seperti itu kan, artinya kalau di kerumunan massa emosi kan tidak terkontrol. Masih bagus emosi mahasiswa/pelajar masih tertahankan. Ada yang diamankan ke Masjid," tandasnya [rm]