DEMOKRASI.CO.ID - Pernyataan-pernyataan keras Wiranto terhadap terorisme dianggap menjadi satu pemicu aktifnya serangan ISIS di Indonesia.
Dua orang pelaku utama, laki-laki dan perempuan, menjadi aktor utama penyerangan Menkopolhukam Wiranto.
Motif penyerangan Wiranto, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Kemanan (Menkopolhukam), diduga karena dendam.
Pemberantasan teroris yang gencar dilakukan pemerintah membuat Jenderal Purn Wiranto menjadi sasaran utama anggota ISIS.
Menurut pengamat teroris Al-Chaidar sejak tahun 2016, organisasi terlarang ISIS memang membuat sebuah plot serangan bernama serangan tebang pilih.
Tidak lagi acak seperti sebelumnya, kini mereka menyasar tokoh-tokoh tertentu yang dianggap sebagai musuh besar kelompok mereka.
Wiranto sebagai Menkopolhukam dianggap memiliki pengaruh besar terhadap pemberantasan terorisme di Indonesia.
“Namanya serangan tebang pilih artinya mengincar pejabat tertentu saja karena dianggap musuh Islam,” kata Al-Chaidar, Kamis (10/10/2019).
Bisa jadi kata Al-Chaidar, pernyataan-pernyataan keras Wiranto selama ini di media massa, menjadi pemicu utama dari kenekatan mereka menyerang tokoh sekelas pejabat tingkat pertama.
“Bisa jadi pernyataan-pernyataan Wiranto dianggap menyakitkan perasaan mereka,” kata Al-Chaidar.
Ia juga menduga penyerangan terhadap Wiranto merupakan rencana dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Sumatera Utara.
Hal itu karena dari satu di antara tersangka penyerangan Abu Rara merupakan teman dari pelaku teroris penyerang anggota Brimob Medan.
“Sehingga bisa jadi ada motif dendam juga disitu,” kata Al-Chaidar.
Oleh karenanya kata Al-Chaidar, sudah waktunya pemerintah merubah penerapan-penerapan jadul pemberantasan terorisme.
Menurutnya, semakin pemerintah bereaksi keras kepada para teroris maka hal tersebut akan meningkatkan sel aktif dari jaringan-jaringan teroris lainnya.
“Jadi harus dilawan secara lembut, ya deradikalisasi itu harus ditunjukan benar-benar ada, inikan bukan negara kekuasaan,” kata Al-Chaidar. [tn]