DEMOKRASI.CO.ID - Penolakan pihak rektorat Universitas Gadjah Mada (UGM) atas kehadiran penceramah kondang, Ustaz Abdul Somad (UAS) disayangkan banyak pihak. Terlebih, alasan pembatasalan tidak jelas dan terkesan dibuat-buat.
Sekretaris Fraksi PAN MPR RI, Saleh Partaonan Daulay menilai penolakan itu bisa preseden buruk bagi kebebasan menjalankan ajaran agama di Indonesia.
Dia menilai penolakan tersebut tidak selaras dengan komitmen bangsa dalam mengembangkan budaya toleransi
Kalau betul kita menjaga toleransi, mestinya tidak ada pembatalan acara seperti itu,” tegasnya dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (10/10).
Saleh meyakini pihak pengundang sudah mempertimbangkan secara matang segala sesuatu sebelum melayangkan undangan. Dengan kata lain, pembatalan yang dilakukan secara tiba-tiba akan menimbulkan banyak tanda tanya di masyarakat.
“Alasan yang disampaikan UGM sepertinya juga kurang mengena. Mestinya tidak ada yang perlu ditakutkan dan dikhawatirkan oleh insan akademis untuk mengikuti kegiatan keagamaan seperti itu,” terangnya.
Mantan ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah itu juga meyakini bahwa pendengar ceramah UAS di UGM merupakan kalangan yang memiliki tingkat kekritisan tinggi.
Artinya, jika ada kesalahan dari substansi ceramah UAS, maka mereka bisa memperdebatkan dan mendiskusikannya dengan baik.
“Kalau soal tempat, saya kira tidak masalah. Kan pelaksanaannya di mesjid kampus. Nah, ceramah agama tentu tempatnya di mesjid. Jadi, mestinya tidak ada yang salah,” pungkasnya.
Sedianya, UAS akan mengisi kuliah umum bertajuk “Integrasi Islam dengan IPTEK: Pondasi Kemajuan Indonesia” pada Sabtu (12/10) nanti. Dia diundang langsung oleh takmir masjid UGM. Namun pihak rektorat membatalkan rencana tersebut. [rm]