Penulis: Setiawan Budi
Selesai era JK menjadi wakil, siapa lagi yang akan mewakili indonesia di sidang PBB?
Masak Maaruf Amin yang dikirim? are you kidding me..?
JK esok akan pensiun, ketiadaan JK akan membuat kepanikan sendiri siapa yang akan menghadiri forum dunia.
Sedikit banyaknya, JK mampu berbaur menggunakan bahasa asing dalam komunitas kepala negara di dunia. Dalam 5x sidang PBB, tidak sekalipun jokowi hadir di acara tsb. Ini rekor pemimpin negara tidak pernah hadir di acara liga dunia.
Alasan kenapa jokowi gak hadir, selalu bisa dijawab dengan bernas oleh tim istana. Sibuk dengan kerja adalah alasan yang selalu keluar saat ditanya.
Padahal, seorang kepala negara sangat berharap bisa hadir disana. Jika ada urusan didalam negeri, urusan itu akan di delegasikan pada wakil atau bawahannya. Kenapa kepala negara sangat berharap ada diacara itu?
Sidang PBB, bukan sidang biasa. Masing2 kepala negara diberikan kesempatannya untuk berbicara atas pandangannya pada situasi dunia dan negaranya. Diacara itu, banyak terjadi hubungan bilateral maupun multilateral yang bisa terjalin atas sebuah kesepakatan.
Diacara itulah banyak terjadi kesepakatan kerjasama yang saling menguntungkan. Seorang kepala negara bisa mengunjungi kepala negara lainnya layaknya di kedai kopi. Biasanya sangat susah berhubungan dengan kepala negara dunia. Namun saat momentnya tiba, maka setiap kepala negara akan memanfaatkan pertemuan itu dalam menjalin kerjasama.
Itulah kenapa JK walau tak tersurat, sudah menggambarkan kekecewaannya saat jokowi malah menunjuk dirinya menjadi wakil disana. Jika jokowi yang datang, bisa jadi prestise negara kita akan naik. JK mendapat giliran di hari ke-3 untuk berpidato. Karena apa?
Panitia pelaksana lebih mendahulukan kepala negara yang berpidato dibandingkan wakilnya.
Ketika negara kita tidak ada kepala negaranya, melainkan hanya mengutus wakil. Ya mohon maaf apabila negara kita dikelompokkan seperti apa yang JK katakan, di hari ke-3 baru berkesempatan bicara.
Tim istana memberikan alasan kenapa tidak hadir, namun kita sudah tau sama tau, bahwa ketidakhadiran jokowi karena ketidakmampuannya mengggunakan bahasa international yang disepakati, bahasa inggris.
Pelafalan dan penguasaan kosakata jokowi yang minim, membuat dirinya terlihat memaksakan tetap menngunakan bahasa inggris. Padahal, gak ada kewajiban harus menggunakan bahasa inggris disana. Semua kepala negara boleh menggunakan bahasa asal sendiri, karena di meja setiap kepala negara yang hadir sudah ada alat penerjemah yang bisa menampilkan bahasa ke bahasa yang diinginkan.
Mengapa harus memaksakan menggunakan bahasa asing?
Ini bukan lagi sebuah rahasia, dan gak sepatutnya di bantah. Jokowi memang kurang menguasai bahasa asing. Harusnya, ia bisa mencontoh bagaimana soeharto tetap percaya diri menggunakan bahasa indonesia saat melakukan pertemuan dengan kepala negara lain. Di forum dunia pun, soeharto tetap menggunakan bahasa indonesia.
Seharusnya, perpres ini gak perlu di keluarkan jika alasannya biar gak memalukan. Jokowi gak akan terhina oleh publik sendiri saat membawakan bahasa indonesia di forum dunia. Justru kengototannya menggunakan bahasa asing, sering di jadikan bahan tertawaan karena lafal pengucapan dan kosakata yang digunakan amburadul.
Saya malah heran, kenapa saat melihat jokowi tertawa dengan pemimpin dunia, gerak tubuhnya seolah memahami apa yang dikatakan kepala negara asing tsb. Apapun perkataan kepala negara asing pada jokowi, maka akan di sambut tertawa.
“Apakah benar lucu atau ingin terlihat nyambung?”
Terlepas dari semuanya, sebagai WNI saya bahagia jika jokowi menyadari dimana kekurangannya. Mungkin dengan perpres ini, jokowi bisa plong berbicara dengan bahasa indonesia, tanpa takut kena ejekan lagi. Karena aturannya demikian dan harus dijalankan.
Begitu kali ya’…😁. (*)