DEMOKRASI.CO.ID - Masalah ekonomi menjadi momok yang menakutkan bagi pemerintahan Joko Widodo. Sebab, semua target yang dicanangkan di periode pertama seperti gagal total.
Kegagalan bisa tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi yang tidak bisa bergerak lebih baik dari angka lima persen. Bahkan diprediksi tahun ini akan nyungsep ke angka 4 persen.
Pengamat politik, Jajat Nurjaman menguraikan bahwa tambahan kekuatan partai pendukung pemerintah seharusnya bisa lebih memberikan ruang yang leluasa untuk memilih orang-orang yang tepat dalam mengisi pos kementerian, terutama dalam bidang ekonomi.
“Jangan sampai apa yang terjadi di periode pertama ini kembali terulang yang salah satu faktornya ditengarai akibat keliru menempatkan orang-orang yang berkompeten di bidangnya, sehingga pemerintah selalu gagal mencapai target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkannya,” ujar Jajat dalam keterangan tertulisnya, Jumat (18/10).
Jajat menilai, tidak ada salahnya jika dalam periode keduanya nanti Jokowi mengadopsi konsep ekonomi seperti yang ditawarkan oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Menurutnya, yang dibutuhkan di pos ekonomi tidak hanya muka baru, melainkan juga tapi kemampuan dalam memberikan solusi terbaik agar perekonomian bisa lebih baik.
Hanya dengan begitu, target pencapaian ekonomi tidak lagi mengawang dan akan meroket seperti pada periode pertama. Periode kedua ini adalah ajang pembuktian terakhir bagi Jokowi atas kemampuannya membawa Indonesia lebih baik, untuk itu diperlukan kerjasama dari semua pihak.
“Saya kira dengan membentuk koalisi gemuk ini diharapkan tidak sebatas tentang bagi-bagi kursi, tapi lebih menekankan akan pentingnya menyelematkan nasib ekonomi Indonesia ke depan,” tutup Jajat. [rm]