DEMOKRASI.CO.ID - Hujan batu raksasa menimpa rumah-rumah warga di Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (8/10) siang.
Seperti dilansir Antara, salah seorang saksi, Asep, mengatakan sesaat sebelum hujan batu menimpa rumah warga sempat terdengar dulu ledakan besar.
Asep menerangkan warga kaget karena setelah terdengar suara ledakan, tiba-tiba batu berukuran besar menggelinding bawah hingga menimpa sejumlah rumah warga dan sekolah. Saat kejadian, katanya, warga setempat kaget dan berteriak histeris saat melihat dari atas tebing menggelinding batu besar ke arah pemukiman. Diduga peristiwa itu terjadi akibat aktivitas pertambangan di dekat permukiman warga.
Asep mengaku suara ledakan dari aktivitas tambang itu bukanlah pengalaman baru di telinga warga sekitar. Namun, katanya, baru kali itu disusul hujan batu yang merusak rumah warga.
"Kalau suara ledakan sebenarnya itu sering didengar, karena kita tahu ada kegiatan pertambangan," kata Asep yang juga warga Desa Sukamulya tersebu, Rabu (9/10).
Kepala Dinas Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Purwakarta, Wahyu Wibisono mengatakan peristiwa batu yang menghujani rumah warga itu akibat aktivitas blasting atau peledakan batu yang dilakukan perusahaan tambang, PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS).
"Ada tujuh rumah milik warga dan satu bangunan sekolah di Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta yang rusak setelah dihujani batu besar dari atas Gunung Cihandeuleum," kata Kepala Dinas Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran setempat, Wahyu Wibisono.
Ia mengatakan, bebatuan yang menghujani rumah warga itu dampak dari aktivitas blasting atau peledakan batu yang dilakukan oleh PT MSS. Sejauh ini belum pernyataan dari PT MSS.
Wahyu mengatakan tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Tujuh rumah yang rusak adalah milik Dodi (35), Holid (55), Oji (40), Kamsir (40), Aceng (55), dan Aceng (50).
"Dari hasil pengecekan di lapangan dan menurut keterangan saksi, batu besar itu jatuh dari ketinggian sekitar 500 meter ke rumah warga yang ada di bawah gunung," kata Wahyu.
Menyikapi hal tersebut, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika mendesak Pemprov Jabar meninjau ulang izin kegiatan pertambangan yang menggunakan bahan peledak.
"Kami akan segera berkirim surat ke Pemprov Jabar agar mengevaluasi aktivitas perusahaan tambang yang menggunakan bahan peledak," katanya di Purwakarta, Rabu.
Ia mengatakan hujan batu raksasa tersebut terjadi akibat kelalaian perusahaan tambang. Sayangnya, sambung dia, Pemkab Purwakarta tak bisa berbuat banyak terhadap perusahaan karena itu merupakan wewenang Pemprov Jabar. Atas dasar itu, Anne pun meminta Pemprov Jabar menutup perusahaan tambang itu sebab merugikan masyarakat.
Pihaknya juga akan segera berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengungkap peristiwa itu.
Kasatreskrim Polres Purwakarta AKP Handreas Ardian mengatakan pihaknya melakukan penyelidikan karena peristiwa itu terjadi diduga akibat kelalaian pihak penambang batu di atas tebing.
Ia mengaku telah memeriksa tiga orang saksi terkait peristiwa bebatuan yang menghujani rumah warga itu. Tiga orang yang telah dimintai keterangan itu adalah dari pihak perusahaan. Sesuai dengan pemeriksaan atau keterangan sementara, ada dugaan kesalahan standar operasional pihak perusahaan penambang batu yang melakukan peledakan batu di puncak tebing.
Dia menyatakan, dalam olah tempat kejadian perkara, memang ada dugaan pihak penambang batu melakukan blasting, sehingga terjadi hujan batu yang mengakibatkan banyak rumah warga dan sebuah sekolah rusak.
"Kami masih terus melakukan penyelidikan, dan di lokasi, sudah dilakukan pemasangan police line," kata Handreas. [cnn]