DEMOKRASI.CO.ID - Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dikabarkan kecewa ketika partainya gagal mendapat kursi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 2019-2024. Hal itu diutarakan Sekjen Gerindra Ahmad Muzani yang sempat menjadi calon ketua MPR.
Kekecewaan muncul lantaran ada rencana rekonsiliasi setelah Pilpres 2019 antara mantan pengusung Joko Widodo-Ma'ruf Amin dengan pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019 lalu. Akan tetapi, saat proses pemilihan ketua MPR, Gerindra malah tidak diberikan dukungan oleh parpol pengusung Jokowi-Ma'ruf.
"(Prabowo) Agak kecewa karena katanya kita mau reunifikasi, katanya kita mau rekonsiliasi. Kita minta hanya sekadar ketua MPR enggak ada yang setuju. Kira-kira begitu," kata Muzani di kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (7/10).
Proses pemilihan ketua MPR 2019-2024 sempat mengerucut pada persaingan antara Ahmad Muzani dari Gerindra dengan Bambang Soesatyo dari Golkar.
Namun, Muzani tidak mendapat mayoritas dukungan fraksi di MPR. Termasuk PDI Perjuangan. Walhasil kursi ketua MPR akhirnya didapat Bamsoet dari Golkar.
Muzani tak tahu pasti apakah Prabowo dan Megawati Soekarnoputri ada kesepakatan tertentu dibalik pemilihan ketua MPR.
Memang ada pembicaraan yang dilakukan Mega dan Prabowo sesaat sebelum Muzani mundur dari perebutan kursi Ketau MPR. Akan tetapi, Muzani tidak bisa memastikan apa saja yang dibicarakan mereka.
"Saya tidak tahu, tapi saya ambil kesimpulan bisa terkait bisa tidak terkait tapi yang pasti beliau ambil keputusan dan saya nurut saja. Saya ikut," kata Muzani.
Setelah itu, lanjut Muzani, Prabowo langsung melihat kondisi terkini, yakni ketika mayoritas fraksi tidak mendukung Gerindra. Bahkan PAN, PKS dan Demokrat yang merupakan mantan rekan koalisi di Pilpres 2019 juga tidak mendukung Muzani.
"Akhirnya beliau ambil kesimpulan, sudah kita jangan meneruskan (mencalonkan diri sebagai Ketua MPR)," kata dia. [cnn]