DEMOKRASI.CO.ID - Ramainya isu yang membahas Papua maupun Papua Barat tak hanya terjadi di media konvensional. Keriuhan yang lebih besar justru terjadi di media sosial. Karena tak ingin layanannya disusupi aktivitas yang bertujuan memanipulasi orang, Facebook melakukan bersih-bersih.
Sebanyak 69 akun Facebook, 42 halaman (page), dan 34 akun Instagram mereka hapus. Ditengarai, akun maupun halaman itu memuat hal-hal yang terkait dengan perilaku tidak otentik terkoordinasi yang fokus pada isu domestik Indonesia. Fokusnya Papua Barat. Dua akun yang dicontohkan adalah West Papua Indonesia dan Papua West.
Dalam pernyataan tertulis yang disampaikan oleh Head of Cybersecurity Policy Facebook Nathaniel Gleicher kemarin (4/10), orang-orang di belakang jaringan itu menggunakan akun palsu untuk mengatur page. Mereka juga menyebarluaskan konten dan mengarahkan pembaca untuk membuka situs di luar Facebook yang mereka tautkan dalam unggahan.
Ada unggahan tentang Papua Barat yang dibuat dalam bahasa Inggris, ada pula yang berbahasa Indonesia. Isinya beragam. Sebagian mendukung gerakan kemerdekaan, sementara lainnya mengkritisi. ”Meskipun orang-orang itu berusaha menyembunyikan identitasnya, penyelidikan kami menemukan bahwa jaringan tersebut terkoneksi dengan perusahaan media di Indonesia, InsightID,” papar Gleicher.
Gleicher juga mengungkapkan bahwa page atau akun-akun itu sudah memiliki jaringan yang sangat kuat. Terdapat sekitar 410 ribu akun yang mengikuti satu atau lebih page yang dihapus itu. Juga terdapat sekitar 120 ribu akun yang mengikuti akun Instagram soal Papua Barat. ”Nilai iklan yang dikeluarkan di Facebook sekitar USD 300 ribu (Rp 4,2 miliar, Red) dan sebagian besar dibayar dalam bentuk rupiah,” tutur Gleicher.
Facebook juga menemukan, unggahan terorganisasi serupa terjadi di UEA, Mesir, dan Nigeria. Tidak ada koneksi dengan yang terjadi di Indonesia. Namun, semua memiliki kesamaan. Membuat jaringan akun untuk menyesatkan orang tentang informasi siapa dan apa yang mereka lakukan.
Penghapusan akun itu dilakukan berdasar perilaku pengguna, bukan konten yang mereka unggah. ”Dalam kasus-kasus itu, mereka yang berada di balik aktivitas tersebut berkoordinasi dan menggunakan akun palsu untuk menampilkan penggambaran yang keliru tentang mereka. Itulah yang menjadi dasar kami melakukan tindakan (penghapusan, Red) tersebut,” terang Gleicher.
Investigasi terhadap akun-akun itu masih terus dilakukan. Gleicher mengatakan, pemberantasan akun-akun seperti itu menjadi bagian dari komitmen pihaknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Facebook akan terus membangun sistem teknologinya agar menjadi lebih baik, mempekerjakan lebih banyak orang, dan menjaga hubungan dengan penegak hukum, ahli pengamanan informasi, serta perusahaan-perusahaan lain. [jpg]