logo
×

Kamis, 10 Oktober 2019

Democracy Doesn't Need Tempo

Democracy Doesn't Need Tempo

OLEH: ZENG WEI JIAN

DEMOKRASI ngga butuh Tempo. Buzzer adalah penyambung lidah rakyat senada. Bunyi-bunyian isi hati. Suara dari pikiran yang tersumbat. Karena itu, Tempo juga adalah buzzer.

Ahmad Dhani Prasetyo paling bangga jadi buzzer. Adhie Massardi bela Tempo; serang buzzer. Padahal dia itu buzzer juga.

Buzzer termegah adalah Presiden Donald Trump. Sekali cuit, jutaan lesser buzzer ikut.

Social media adalah "An incubator for socio-political echo chambers", kata Penulis Rinzin.

As a result; Social media mengubah landscape platform informasi.

Serangan Tempo kepada "Buzzer Istana" adalah suara hati yang galau. Aktifitas buzzer menurunkan oplah. Internet Menghancurkan hegemoni media cetak.

Tiras turun paralel dengan iklan. Tempo hidup dari iklan para cukong. Dia termasuk sindikat yang membesarkan Ahok sedari mula.

Sebelum MRT Summit dan Poros Mega Prabowo, semua orang tahu Tempo berfungsi sebagai "Buzzer Istana".

Pasal-pasal Konservatis KUHP dan potensi ditendang keluar power circle mengharuskan Tempo rilis manuver bargaining nyerang Jokowi dan buzzernya.

Serangan "Pinokio" merupakan mekanisme struggle to survive.

Tempo sukses menggalang suara rival buzzer istana. Itu grup antagonis yang demen teriak anti asing. Berkat Tempo, dan hanya karena haus membalas dendam, mereka kunyah riset lembaga asing bernama Oxford.
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: