DEMOKRASI.CO.ID - Peristiwa pengeroyokan buzzer pendukung Presiden Joko Widodo, Ninoy Karundeng sempat viral di media sosial. Namun begitu, Ninoy mengaku tidak tahu nasib nahasnya di daerah Pejompongan pada Senin (30/9) hingga Selasa (1/10) viral.
Dia baru tahu setelah didatangi oleh aparat kepolisian di kediamannya. Ninoy mengaku sempat kaget dengan kedatangan para polisi tersebut. Apalagi, mereka turut menyarankan agar Ninoy membuat laporan di Polda Metro Jaya atas video yang telah beredar di media sosial.
“Sesungguhnya saya kaget juga karena HP saya kan hilang. Sehingga saya tidak update, tidak tahu kejadian apa yang terjadi ketika video saya viral pun saya tidak tahu," ucapnya di depan gedung Resmob, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Senin (7/10).
"Tiba-tiba polisi sudah ada di depan rumah saya ketika video itu viral. Polisi meyakinkan bahwa saya harus melaporkan peristiwa itu," ungkap Ninoy.
Tapi kehadiran polisi justru membuat Ninoy merasa lega. Sebab sebelum didatangi dia merasa ketakutan dan trauma dengan ancaman pembunuhan dengan cara memenggal kepalanya saat dikeroyok.
"Yang saya alami ini suatu yang luar biasa karena memang saya tidak bisa membayangkan keadaan itu, seandainya ambulans itu datang. Karena kepala saya mau dipenggal, saya merasa itu nggak bisa saya lupakan," terangnya.
Ninoy Karundeng mengaku dirinya dikeroyok dan mendapatkan ancaman pembunuhan dengan cara dipenggal kepalanya oleh seorang yang dipanggil “Habib” di dalam Masjid Al-Falah, Pejompongan, Jakarta Pusat. [rm]