DEMOKRASI.CO.ID - Insiden penikaman Menko Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menjadi bukti bahwa pemerintah harus segera berbenah untuk menciptakan situasi masyarakat yang kondusif.
Sekretaris Jenderal Pergerakan Masyarakat Milenial (PMM) Mukhtar Ansori Tijjani menjelaskan bahwa penikaman Wiranto merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia sedang berada dalam situasi yang mengkhawatirkan. Menurutnya, paham ekstrem menjadi ancaman nyata di kehidupan masyarakat.
Muhtar menyebutkan, saat Wiranto tertikam dia sedang menjalankan tugas negara sebagai Menko Polhukam. Penyerangan oleh terduga anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) adalah bentuk ancaman terhadap negara.
Menjadi peringatan bagi pemerintah dan semakin mempertegas bahwa Bangsa ini sedang dalam ancaman serius, teror terus dijalankan untuk menakut-nakuti rakyat bahkan pemerintah, Pemerintah juga perlu berbenah diri," kata Mukhtar kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (12/10).
Lebih lanjut Mukhtar menjelaskan, pemahaman ekstrem masyarakat disebabkan oleh ketidakpercayaan masyakat terhadap pemerintah. Dia meminta Jokowi dan jajaran pemerintahannya segera mengkoreksi segala kebijakannya baik di bidang politik, ekonomi, sosial dan bidang lainnya.
"Pemerintah juga perlu melakukan tindakan menjaga kondusifitas negeri ini menjadi lebih baik, masyarakat butuh pemerintah yang berintegritas kuat sehingga tidak akan ada yang berani mempermainkan bangsa ini," pungkasnya.
Wiranto mengalami insiden penusukan di Kecamatan Menes, Pandeglang, Banten. Kini Wiranto dirawat di intensif di RSPAD Gatot Soebroto Kamis kemarin.
Polisi langsung menangkap penikam Wiranto di kawasan Alun-alun Menes, Kecamatan Menes, Pandeglang. Mereka adalah pasangan suami istri Syahril Alamsyah alias Abu Rara (31) dan Fitri Andriana (21).
Badan Intelijen Negara (BIN) dan kepolisian menyebutkan, Abu Rara dan Fitri Andriana termasuk dalam kelompok jaringan teroris yang berafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) [rm]